Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Sastra

Kata-Kata Bijak Kahlil Gibran dalam Novel ‘Sayap-Sayap Patah’

×

Kata-Kata Bijak Kahlil Gibran dalam Novel ‘Sayap-Sayap Patah’

Sebarkan artikel ini
Kata-Kata Bijak Kahlil Gibran dalam Novel 'Sayap-Sayap Patah'
Kahlil Gibran-Doc. Wikipedia
Biografi Singkat Kahlil Gibran

Urupedia Perlu diketahui bahwa Kahlil Gibran adalah seorang penyair terkenal di Arab. Ia terlahir dengan nama Gibran, di Beshari Lebanon, pada tahun 1883. 

Ketika memasuki usia 12 tahun ia bermigrasi ke Amerika bersama ibu dan kedua adik perempuannya. Disanalah ia tak sengaja namanya berubah menjadi Kahlil Gibran akibat pencatatan yang salah oleh pihak administrasi sekolah pertama yang diikutinya.

Selain itu, ia sempat kembali ke tanah kelahirannya selama tiga tahun untuk mendalami ilmu bahasa Arab. Kemudian, saat remaja ia menghabiskan masa-masanya bersama dengan seorang seniman bohemian di Boston. 

Kahlil Gibran juga pernah tinggal di Paris selama setahun untuk berguru seni rupa pada beberapa seniman di Prancis. Pulang dari Prancis ia pindah ke New York dan menetap di kota tersebut sampai akhir hayatnya.

Kata-Kata Bijak Khalil Gibran dalam Novel “Sayap-Sayap Patah”

1. Perempuan itu adalah yang pertama menyanyikan untukku puisi kehidupan nyata.

2. Hari kemarin adalah nada indah di bibir hidup dan hari ini adalah rahasia hening di dada bumi.

3. Cinta memberiku lidah dan air mata.

4. Keindahan sesungguhnya merupakan cahaya yang keluar dari yang suci di antara yang tersuci dari roh, dan mencerahkan tubuh, seperti hidup datang dari kedalaman bumi memberi warna, dan harumnya pada bunga.

5. Keindahan yang sesungguhnya terletak pada kesesuaian jiwa yang disebut cinta yang dapat hadir di antara seseorang laki-laki dan seorang perempuan.

6. Cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia ini karena ia begitu mengangkat jiwa sehingga aturan-aturan kemanusiaan dan gejala alam tidak membelokkan alirannya.

7. Para penyair adalah orang-orang yang tidak bahagia, karena seberapa pun tingginya pencapaian jiwanya, mereka akan tetap terkurung di dalam sampul air mata.

8. Hidup manusia tidak berawal di rahim dan tidak pernah berakhir di kuburan.

9. Peradaban modern telah membuat perempuan agak lebih bijaksana, tetapi telah membuatnya semakin menderita karena ketamakan laki-laki.

10. Penyair dan penulis mencoba untuk memahami perempuan tetapi sampai hari ini mereka belum juga memahami rahasia hati perempuan yang tersembunyi sebab mereka melihat perempuan dari balik tirai seksual dan hanya melihat kulit luarnya; mereka memandang perempuan lewat kaca pembesar kebencian dan hanya menemukan kelemahan dan penyerahan diri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sastra

urupedia puisi karya santri nusantara indonesia