Urupedia- Kamis, 08 Februari 2024 telah terlaksana tahlil kubro jamaah Al Karomah dalam rangka Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw. di Dusun Rekesan Desa Sumberdem. Rangkaian kegiatan pada hari ini antara lain, lantunan solawat oleh tim Terbang Jidor Al amin Dusun Ngemplak, lalu tahlil dan istighosah dilanjut dengan sambutan serta mauidzah hasanah.
Historisasi Isra’ Mi’raj
Setelah rangkaian sambutan usai, dilanjut mauidzah hasanah yang disampaikan oleh Kiai Rohman dari Patuksari. Beliau menjelaskan historisasi, latar belakang terjadinya Isra’ Mi’raj dan substansi yang terkandung di dalamnya. Sebelum adanya Isra’ Mi’raj, terjadi amul huzni, tahun kesedihan. Alasannya karena paman dan istri nabi meninggal, yakni Abu Tholib dan Siti Khadijah. Sementara mereka berdualah yang selama ini membela perjuangan Nabi Muhammad Saw. ketika berdakwah. Maka alangkah terpukul dan merasa sedih yang sangat hebat dalam jiwa Rasulullah. Dalam mauizah hasanahnya Yai Rohman menyebutkan, “Laulahuma, perjuangan agama Islam tak semulus ini, sebagaimana kata Rasul.” Dengan demikian, Allah Swt. menghibur Nabi Saw. melalui Isra’ Mi’raj.
Selain terjadinya amul huzni, saat itu juga terjadi perdebatan dan pertikaian hebat antara langit dan bumi. Masing-masing dari keduanya mengunggulkan diri sendiri. Langit mendeklarasikan diri yang lebih hebat dari bumi, karena di sana terdapat matahari dan rembulan. Bumi tak ingin kalah, ia juga mendeskripsikan kehebatannya bahwa di dalam dirinya dipenuhi gunung yang menjulang, di dalam bumi nun di sana terdapat nikel dan lain sebagainya. Akan tetapi dalam hal ini masih unggul langit. Bumi pun merasa sedih dan menangis. Kemudian bumi merenung dan bertafakur. Setelah bertafakur sekian lama, bumi sadar bahwa ia memiliki satu hal yang istimewa, yakni Nur Muhammad.
Nur Muhammad ini diciptakan dari Nur nya Allah, “Kholaqtuka min nuurii wakholaqtu khalqan min nuurik.” Penciptaan Nur Muhammad ini di dalam perut bumi. Alhasil rasionalisasi yang disampaikan bumi ini diterima oleh langit, nyatanya bumi lebih istimewa. Kemudian bergantilah langit dan penduduk di dalamnya yang menangis merasa sedih karena bumi lebih hebat. Alhasil, keduanya-langgit dan bumi- memohon kepada Allah agar beliau diangkat ke langit. Dengan permohonan langit dan bumi, maka Nur Muhamamad diangkatlah ke langit. Nabi menghadap langsung pada Allah. Peristiwa diangkatnya beliau ke langit ini dinamakan dengan Isra’ Mi’raj.
Substansi Isra’ Mi’raj
Peristiwa Isra’ Mi’raj senantiasa mengingatkan kita akan keluhuran akhlak dan budi Rasulullah Saw. Dalam mauizah hasanahnya, Yai Rohman menyampaikan bahwa Rasulullah merupakan pribadi yang hatinya luas. Beliau memberikan adagium yang berbunyi, “Ilmu sadar diri lebih hebat dari ilmu bela diri.” Maksudnya menyadari kesalahan diri sendiri dan memiliki jiwa pemaaf itu lebihlah hebat dibandingkan dengan memiliki ilmu bela diri yang kuat. Kemenangan Rasulullah yang dicatat oleh Allah dalam Al Quran Surat Ali Imran ayat 159 memberikan konklusi bahwa dalam hal ini Rasulullah memiliki hati yang luas.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Bahkan saat berdakwah ke Thaif, beliau dilempari batu hingga tubuhnya berdarah. Akan tetapi Rasulullah menunjukkan jiwanya yang sangat besar dan lapang, ia memaafkan mereka dan rida dengan ujian yang diberikan Allah padanya. Yai Rohman lanjut dengan adagiumnya yang berbunyi, “Ilmu pangerten luih hebat dibanding ilmu kasekten. Ilmu keberkahan luih hebat dibanding ilmu kanuragan.”
Tingkatan manusia jika sudah sampai sidrotul muntaha itu berarti ilmu kesadarannya sudah tinggi, berarti memiliki jiwa yang lapang. Kemudian beliau melanjutkan, “Minimal taline makhluk nek pengerane kui sholat limang wektu.” Minimal, jika ingin senantiasa memiliki robitoh dengan Allah itu dengan melaksanakan salat lima waktu. Hal ini sudah berkaitan dengan Isra’ Mi’raj yang di dalamnya terdapat rangkaian peristiwa diperintahkannya ibadah salat dari Allah kepada Nabi Saw.
Di sisi lain, dipanggilnya Nabi Muhammad Saw. untuk melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj karena sudah kuat keimanannya. Jadi, hal yang dapat dipetik dari sini adalah kita harus meneladani beliau untuk senantiasa rida dengan ketentuan Allah, berusaha menjadi jiwa yang tenang sebagaimana termaktub dalam Quran Surat Al Fajr ayat 27-30.