Nasional

18 Dawuh KH Hasyim Asy’ari Sang Pendiri Nahdlatul Ulama

×

18 Dawuh KH Hasyim Asy’ari Sang Pendiri Nahdlatul Ulama

Sebarkan artikel ini

Urupedia – Hadratus Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ari (KH. Hasyim Asy’ari) merupakan ulama besar yang lahir di Kabupaten Jombang. Beliau lahir pada tanggal 14 Februari 1871 dan wafat di umur ke 76 tahun di Jombang, 21 Juli 1947, Jawa Timur).

KH. Hasyim Asy’ari merupakan pendiri dari organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama. Beliau juga merupakan Pahlawan Nasional Indonesia karena jasa-jasa beliau sangat besar untuk bangsa Indonesia.

Sejak berusia 15 tahun, KH Hasyim Asy’ari senang mencari ilmu dari berbagai pesantren di nusantara. Tak hanya itu saja pada tahun 1892, beliau juga mencari ilmu sampai tanah suci Mekkah serta berguru kepada para ulama dan syaikh-syaikh.

Berikut ini Dawuh KH. Hasyim Asy’ari

“Siapa yang mau mengurusi NU, saya anggap ia santriku. Siapa yang jadi santriku, saya do’akan husnul khotimah beserta anak cucunya.”

“Tak ada satu pun di dunia ini yg kekal. Maka, ukirlah cerita indah sebagai kenangan. Karena dunia memang sebuah cerita.”

“Jangan jadikan perbedaan pendapat sebagai sebab perpecahan dan permusuhan. Karena yang demikian itu merupakan kejahatan besar yang bisa meruntuhkan bangunan masyarakat, dan menutup pintu kebaikan di penjuru mana saja.”

“Sesungguhnya perpecahan, pertikaian, saling menghina dan fanatik madzhab adalah musibah yang nyata dan kerugian yang besar.”

“Dakwah dengan cara memusuhi ibarat orang membangun kota, tetapi merobohkan istananya.”

“Hendaknya memiliki niat yang baik dalam mencari ilmu, yaitu dengan bermaksud mendapatkan ridha Allah, mengamalkan ilmu, menghidupkan syariah Islam, menerangi hati dan mengindahkannya dan mendekatkan diri kepada Allah. Jangan sampai berniat hanya ingin mendapatkan kepentingan duniawi seperti mendapatkan kepemimpinan, pangkat, dan harta atau menyombongkan diri di hadapan orang atau bahkan agar orang lain hormat.”

“Watak manusia itu seperti pencuri ulung (meniru perilaku orang lain dengan cepat) dan efek pergaulan adalah ketersia-siaan umur tanpa guna dan hilang agama bila bergaul dengan orang yang bukan ahli agama. Jika seorang pelajar butuh orang lain yang bisa dia temani, maka hendaknya dia jadi teman yang baik, kuat agamanya, bertaqwa, wara ‘, bersih hatinya, banyak kebaikannya, baik harga dirinya (muru’ah), dan tidak banyak bersengketa: bila teman tersebut lupa dia ingatkan dan bila sudah sadar maka dia tolong.”

“Hendaknya segera mempergunakan masa muda dan umurnya untuk memperoleh ilmu, tanpa terpedaya oleh rayuan “menunda-nunda” dan “berangan-angan panjang”, sebab setiap detik yang terlewatkan dari umur tidak akan tergantikan.”

“Tatkala umurku habis tanpa karya dan pengetahuan (ilmu), lantas apa makna umurku ini?.”

Dawuh KH Hasyim Asy’ari

“Janganlah hal-hal sepele menyebabkan kalian bercerai-berai, bertengkar. dan bermusuhan.”

“agama dan nasionalisme adalah fua kutub yang tidak berseberangan. Nasionalisme adalah bagian dari agama dan keduanya saling menguatkan.”

“Meninggalkan pergaulan karena hal itu merupakan hal terpenting yang seyogyanya di lakukan pencari ilmu. Terutama pergaulan dengan lain jenis dan ketika pergaulan lebih banyak-main-mainnya dan tidak mendewasakan pikiran.”

“Mengagungkan atau menghormati masjid hukumnya wajib, sedangkan meremehkan atau menghinanya adalah haram.”

“Menerima sandang pangan apa adanya sebab kesabaran akan ke-serba kekurangan hidup, akan mendatangkan ilmu yang luas, kefokusan hati dari angan-angan yang bermacam-macam dan hikmah hikmah yang terpancar dari sumbernya.”

“Pandai membagi waktu dan memanfaatkan sisa umur yang paling berharga itu.”

“Bersikap wara’ (mejauhi perkara yang syubhat ‘tidak jelas ‘ halal haramnya) dan berhati-hati dalam segala hal.”

“Makan dan minum sedikit. Kenyang hanya akan mencegah ibadah dan bikin badan berat untuk belajar.”

“Seorang santri hendaknya membersihkan hatinya dari segala hal yang dapat mengotorinya seperti dendam, dengki, keyakinan yang sesat dan perangai yang buruk.”

Index