
Akhir- akhir ini munculnya trend photo Ghibli membuat gempar dunia industri dan konten. Pasalnya banyak penggunanya menggunakan Artificial Intelligence. Melihat maraknya kejadian tersebut, berbagai pendapat mengemukakan pendapatnya terkait Etika Kecerdasan Buatan tersebut. Terutama Islam sebagai agama yang inklusif yang juga menyuarakan pendapat akan Kecerdasan buatan tersebut. Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI) telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam konteks keislaman. Integrasi AI dengan nilai-nilai dan etika Islam menimbulkan pertanyaan penting mengenai bagaimana teknologi ini dapat dimanfaatkan secara optimal tanpa mengesampingkan prinsip-prinsip syariah.
Dalam Islam, teknologi bukan sekadar alat, tetapi juga sebuah amanah yang harus digunakan dengan penuh tanggung jawab. Dengan kemajuan AI yang semakin pesat, umat Muslim perlu memahami implikasi etis dan hukum Islam dalam pengembangannya. Sejauh mana AI dapat membantu kehidupan beragama, dan di sisi lain, apakah ada batasan yang harus diperhatikan agar AI tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam?
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 5)
Ayat ini menegaskan bahwa ilmu pengetahuan, termasuk perkembangan teknologi seperti AI, adalah bagian dari karunia Allah SWT. Namun, manusia memiliki tanggung jawab untuk menggunakannya dengan bijak sesuai dengan tuntunan syariah.
Pandangan Islam terhadap Kecerdasan Buatan
Islam menempatkan ilmu pengetahuan sebagai hal yang sangat penting. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an, manusia diperintahkan untuk berpikir, meneliti, dan menggali ilmu pengetahuan. AI, sebagai salah satu bentuk inovasi manusia, bisa menjadi alat yang bermanfaat bagi peradaban, selama penggunaannya berada dalam batasan etika Islam.
Dalam artikel “Artificial Intelligence and Islamic Ethics: Challenges and Opportunities” oleh Ahmed Zaki (islamicethics.org), disebutkan bahwa AI memiliki potensi besar dalam membantu umat Islam, mulai dari sistem pembelajaran Al-Qur’an berbasis AI, chatbot keagamaan, hingga algoritma yang dapat membantu menentukan arah kiblat atau jadwal salat secara otomatis. Namun, tantangan utamanya adalah bagaimana memastikan AI tidak menggantikan otoritas keagamaan atau memberikan fatwa secara mandiri tanpa landasan yang jelas.
Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Hasan Al-Faruqi dalam artikel “Islamic Perspective on Artificial Intelligence and Moral Responsibility “(journalofislamicstudies.net) menyoroti bahwa AI dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dalam bidang keislaman, seperti pengelolaan zakat berbasis data atau aplikasi AI untuk mendeteksi kehalalan produk makanan. Namun, ada bahaya jika AI digunakan secara tidak bertanggung jawab, misalnya dalam penyebaran informasi keagamaan yang belum diverifikasi keabsahannya. Oleh karena itu, kontrol manusia tetap diperlukan agar AI tidak menyesatkan umat Islam.
Implikasi Etis dalam Penggunaan AI
Dalam perspektif Islam, AI tidak boleh menghilangkan peran manusia dalam pengambilan keputusan moral. Meskipun AI dapat memproses data dengan cepat dan akurat, ia tetaplah alat yang tidak memiliki pemahaman spiritual. Sebagaimana ditegaskan oleh Yusuf Al-Hakim dalam bukunya “Etika Islam dan Tantangan Teknologi Modern” (2019), keputusan berbasis AI harus tetap diawasi oleh manusia agar tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral yang diajarkan Islam.
Di sisi lain, AI juga menimbulkan tantangan baru dalam hal privasi dan keadilan. Dalam Islam, menjaga hak privasi individu merupakan hal yang sangat dijunjung tinggi. Namun, teknologi AI yang semakin canggih, seperti pengenalan wajah dan analisis data pribadi, dapat menjadi ancaman bagi hak tersebut jika tidak diatur dengan baik. Oleh karena itu, regulasi yang berbasis pada prinsip keadilan Islam sangat diperlukan agar AI tidak disalahgunakan untuk kepentingan tertentu yang dapat merugikan masyarakat.
Prediksi Peran AI dalam Masa Depan Umat Muslim
Integrasi AI dalam kehidupan umat Muslim memiliki potensi besar dalam berbagai bidang. Dalam dunia pendidikan, AI dapat membantu pengembangan metode pembelajaran yang lebih interaktif dan personal. Seperti yang dibahas dalam buku Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan Islam oleh Rahman Syafei (2021), AI dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi yang mampu menyesuaikan pembelajaran Al-Qur’an sesuai dengan kemampuan masing-masing individu, sehingga proses belajar menjadi lebih efektif.
Selain itu, AI juga berperan dalam pengembangan ekonomi Islam. Teknologi ini dapat digunakan untuk menciptakan sistem keuangan syariah yang lebih transparan dan efisien, seperti sistem AI untuk mendeteksi transaksi riba atau membantu dalam pengelolaan wakaf dan zakat secara lebih optimal.
Dalam sektor kesehatan, AI juga berpotensi untuk membantu umat Islam dalam memastikan kehalalan produk medis, seperti vaksin atau obat-obatan, dengan lebih cepat dan akurat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang disebutkan dalam buku “Teknologi dan Islam: Perspektif Masa Depan karya Fahmi Ridwan” (2020), yang menyoroti bagaimana AI dapat membantu industri halal dalam menjaga standar kualitas produk.
Tantangan dan Langkah Preventif
Meskipun AI menawarkan berbagai manfaat, terdapat tantangan yang harus dihadapi, seperti potensi penyalahgunaan teknologi, bias algoritma, dan kurangnya pemahaman masyarakat mengenai cara kerja AI. Untuk mengatasi tantangan ini, umat Islam perlu meningkatkan literasi teknologi agar mampu menggunakan AI secara bijak.
Selain itu, diperlukan adanya regulasi dan fatwa dari ulama terkait penggunaan AI dalam bidang keagamaan. Dengan adanya panduan yang jelas, umat Islam dapat memanfaatkan teknologi ini secara optimal tanpa menyalahi prinsip-prinsip syariah.
Sebagai kesimpulan, AI memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi positif dalam kehidupan umat Muslim, asalkan pengembangannya dilakukan dengan mempertimbangkan nilai-nilai dan etika Islam. Dengan pendekatan yang tepat, AI dapat menjadi alat yang memperkuat peran manusia sebagai khalifah di bumi, meningkatkan kesejahteraan umat, dan mendukung penyebaran ajaran Islam secara lebih luas dan efektif.
Sebagaimana dijelaskan oleh Yusuf Al-Hakim dalam bukunya “Etika Islam dan Tantangan Teknologi Modern” (2019), AI berbasis etika Islam dapat membantu manusia dalam mengambil keputusan yang lebih bijak, terutama dalam bidang pendidikan dan sosial. Hal ini juga didukung oleh gagasan Rahman Syafei dalam bukunya “Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan Islam” (2021), yang menekankan pentingnya peran AI dalam pengembangan ilmu keislaman tanpa menghilangkan peran ulama sebagai pembimbing utama umat.
Dengan memahami dan mengintegrasikan AI sesuai dengan nilai-nilai Islam, umat Muslim dapat memanfaatkan teknologi ini untuk mencapai kemaslahatan bersama tanpa mengesampingkan prinsip-prinsip syariah.
Biodata penulis

Nama: Malik Sani Ibnu Zahir
Profil singkat: Seorang pecinta malam, kopi, buku dan kamu. Mengenal kepenulisan sejak umur 7 tahun, sedangkan mencintainya sejak saat saya bertemu kamu, Siswa dan Santri di Man PK Man 2 Mataram. Sekarang aktif menulis di blog pribadi (https://maliksiz.my.id), dan beberapa media lainnya.
Medsos: Ig : @malik.siz