
Penulis : Siti Afiah Ismi
Diterbitkan oleh : Penerbit Karya Bakti Makmur Indonesia
Halaman : 91 Halaman
Cetakan ke-1, Maret 2023
Sekitar beberapa hari yang lalu, kemarin Ibu saya membawa 3 buku karya Siti Afiah. 2 di antaranya semacam biografi perjalanan kehidupan orang tua dan dirinya. Dari keduanya ini saya sangat tertarik tentang sosok Ismi Ibnu Usman salah kyai pendiri NU Sragen bersamaan lahirnya IPPNU kala itu. Buku ini sangat ringan dengan Bahasa tidak terlalu muluk-muluk. Namun sederhana dan mudah dicerna dalam melahap per halaman.
Bayangkan Siti Afiah bisa menuliskan kisah perjalanan ayahnya Ismi Ibnu Usman dengan catatan harian ayahnya. Bagaimana bisa menyimpan catatannya ditambah beberapa obrolan teman dekat bapaknya dan ibuknya menjadi buku sederhana ini?.
Rasanya sulit sekali menemukan penulis menuliskan kisah keluarganya termasuk bapaknya. Rata-rata mereka memilih untuk menulis tokoh lain dirasa sangat menarik. Setelah saya memulai membaca bukunya ternyata isinya tidak hanya menceritakan bapaknya seorang pejuang NU dan Tentara Hizbullah saat itu melawan pasukan penjajah namun penulis juga menceritakan pengalamannya saat Bersama bapaknya mendengarkan obrolannya mengenai NU secara gamblang.
Dalam percakapannya Bersama bapaknya Siti penulis buku ini menjelaskan spesifik bagaimana bapaknya memberikan Gambaran mengenai NU. Bapaknya menerangkan NU adalah organisasi besar di Indonesia mempunyai ibuknya Bernama Muslimat NU. Terus punya putrinya Bernama Fatayat NU. Sedangkan putra nya Bernama Ansor NU. Kedua banom tersebut punya anak putri Bernama IPPNU dan putra IPNU ( Hal 5). Saya Ketika fokus membaca ini benar-benar takjub bagaimana bisa anak kecil diajari dialog Gambaran NU secara spesifik?.
Karena namannya anak kecil pastinya sulit untuk mendengarkan apa yang disampaikan oleh orang lebih tua. Dan setiap anak berbeda-beda kemampuan menangkap penjelasannya. Bahkan penulis sempat menanyakan mengenai IPPNU. Alhasil Kyai Ismi Usman menyuruh anaknya mendirikan IPPNU di Sragen. Pada saat itu belum ada IPPNU di Sragen ( Hal 5-6). Namun seiring berjalannya waktu penulis meninggalkan IPPNU untuk berkuliah di Iain Sunan Kalijaga ( sekarang UIN Sunan Kalijaga Jogja). Aktif di PMII bahkan pernah menjabat ketua Kopri hingga Fatayat NU Jogja.
Sosok Yang Ikhlas dan Pejuang
Kalian bisa bayangkan sosok Kyai Ismi ini sering bersepeda saat dirinya menjadi pelajar di Mambaul Ulum Surakarta. Padahal rumahnya waktu di Kecamatan Kartosuro Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Jarak antara Solo dan Sukoharjo lumayan jauh kalau ditempuh kendaraan apalagi sepeda Ontel. Awalnya Kyai Ismi Muda pulang pergi dengan Kereta Api versi jaman dahulu. Lambat laun dirasa tidak cukup uangnya ia memilih sepeda ontel. Kyai Ismi menyelesaikan pendidikannya selama 8 tahun ( Hal-15).
Ia sempat ditawari menjadi Guru di Palembang saat melakukan presentasinya menjelaskan ilmu Falaq. Sayangnya tawarin itu tidak disetujui oleh keluarga. Sebagai obat kekecewaannya dia nyantri di Tremas. Disana ia juga membantu kakak iparnya menjahit sebagai bukti ia kerja keras dan tahu bahwa biaya nya tidak bisa mencukupi ( Hal 16 – 17). Ia sadar bahwa keikhlasan membawanya puncak kenikmatan dalam menuruti perkataan orang tua. Baginya tanpa orang tua Ikhlas belum bisa ia jalankan sampai pada akhirnya ia lulus dan menjadi Guru Madrasah ( Saya lupa namannya).
Berkat kerja kerasnya inilah ia sempat ditawari sebagai abdi dalem kala itu. Mengingat zaman dahulu alumni Mambaul Ulum banyak melahirkan tokoh-tokoh dan kebanyakkan sebagai abdi dalem. Dari sinilah Kyai Ismi juga mencapai puncaknya menjadi kepala Depag Sragen. Pernah menjadi anggota DPRD di bagian Partai NU melonjak PPP yang gambarnya Ka’bah.
Rumahnya sering dijadikan markas NU dan Tokoh Partai NU dan PPP. Seiringnya berjalannya waktu NU keluar dari Politik. Hal ini juga mempengaruhi kalangan tokoh NU walaupun IPNU IPPNU dan Fatayat, Ansor tidak mempengaruhinya sama sekali.
Mendirikan NU Sragen
Di tahun 1926 NU di Sragen sudah ada namun belum Jam’iyahnya ibaratnya administrasi belum tertata rapi secara kepengurusannya. Baru di tahun 1952 NU Sragen berdiri oleh Kyai Ismi mengajak teman-temannya antara lain : Kyai Machali, Kyai Sufyansuri, Kyai Abdus Somad, Budi Raharjo dan Kyai Samsulhadi dan Kyai Asmumi. Beberapa selain kyai belum disimpan rapi karena penulis belum lupa ( Hal-51).
Sejak itulah rumah Kyai Ismi menjadi ramai dikunjungi tokoh NU beserta Politisi NU sedang berlangsung pemilu tahun 1955. Di pemilu tersebut NU mendapat kursi parlemen pemerintahan dengan mendapat kursi 45 sejajar PKI sedikit dibawahnya PNI. Hal inilah membuat Kyai Ismi Bersama para kyai lainnya sangat optimis bahwa NU mampu membawa ranah kaderisasinya semakin solid ( Hal 52).
Dengan perjalanan luar biasa panjangnya mulai menjadi Guru, menjadi Pendiri NU Sragen, menjadi Abdi Dalem Kraton, Kepala Depag hingga politisi membuat Ismi adalah panutan keluarga khususnya penulis Siti Afiah Ismi. Bagi Ismi melihat perjuangan ayahnya menyebarkan islam Ahlussunnah Waljam’ah sampai meninggal membuatnya sebagai inspirasi sekaligus pemimpin dirinya. Melalui catatan perjalanan sederhana oleh Kyai Ismi, Siti berniat menuntaskan riwayat hidup ayahnya tanda kehormatan kepada ayahnya ( Hal 12).
Ini bukan soal perjuangan tetapi karakter Kyai Ismi adalah panutan NU Sragen yang perlu dijadikan motivasi bagi penerusnya. Kyai Ismi juga dikenal penurut oleh siapapun termasuk orang tuannya dan keluarganya. Selalu berdekatan dengan Masyarakat sekitar sehingga Hablum Minal- nasnya sangat terasa bagi Siti Afiah Ismi. Bahkan Kyai Ismi juga tak pernah memaksa orang lain mengikutinya. Semoga kyai Ismi menjadi inspirasi Warga NU Sragen dan warga nahdliyin lainya. Amin