Feature

Biografi KH. Abdul Djalil Mustaqim, Ulama Besar di Tulungagung

×

Biografi KH. Abdul Djalil Mustaqim, Ulama Besar di Tulungagung

Sebarkan artikel ini
Biografi KH. Abdul Djalil Mustaqim, Ulama Besar di Tulungagung

UrupediaKH. Abdul Djalil Mustaqim lahir di Tulungagung 20 juni 1943. Tepatnya di desa Nawangan, Kecamatan Keras, putra dari KH. Mustaqim Husain yang merupakam seorang mursyid dan pejuang kemerdekaan. Sejak masa kanak-kanak, beliau belajar agama pada ayahandanya sendiri. Beliau juga seorang penerus garis kemursyidan Tarekat Sadziliyah sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren PETA Tulungagung.

Sebelum kelahirannya, banyak ulama yang sudah memprediksi bahwa beliau akan menjadi ulama besar. Salah satunya adalah KH. Abdul Fattah Mangunsari Tulungagung yang mengatakan kepada ibunya, Nyai Halimah Sa’idiyah;

“Nyai, anak yang ada di dalam kandunganmu kelak akan menjadi pakunya tanah Jawa.”

Ternyata benar perkataan beliau, tepat di tahun 1947, ketika KH. Abdul Djalil berusia 5 tahun, beliau telah di bai’at tarekat oleh Syekh Abdur Rozaq at-Tarmasi Pacitan Jawa Timur.

Menurut cerita, beliau dipanggul oleh Syekh Abdur Rozaq berjalan mengelilingi alun-alun Tulungagung

Di sanalah ia dibaiat. Sebelumnya, pada saat itu Syekh Abdur Rozaq ingin mengadopsinya sebagai anak, namun sang ibu merasa keberatan. Karena tidak diizinkan untuk mengadopsi, beliau tetap meminta izin agar KH. Abdul Jalil dibawanya ke suatu tempat yaitu sekitar alun-alun Tulungagung.

Setelah dibaiat oleh Syekh Abdur Rozaq, ketika memasuki usia yang ke-11 tahun. KH. Abdul Djalil Mustaqim sudah diajari dan disuruh oleh Ayahandanya yaitu Hadlratus Syaikh Mustaqim bin Husain untuk menggantikannya membaiat santri-santrinya. Padahal saat itu, beliau masih hobi bermain layangan dengan memakai celana pendek. Hal tersebut terus berlangsung hingga ayahandanya wafat pada tahun 1970 M.

PENDIDIKAN

KH. Abdul Djalil Mustaqim sejak kecil sudah dididik langsung oleh kedua orang tuanya. Di samping itu, beliau juga belajar ilmu dasar-dasar agama seperti mengaji al-Qur’an, Fiqih, Akhlak bersama dengan KH. Ahmad Suja’i, seorang tokoh agama yang bertempat tidak jauh dari rumahnya.

Beliau juga menempuh pendidikan di SMPD Tulungagung dan lulus sekitar tahun 1958. Pada tahun 1959 di usianya yang mencapai 16 tahun, KH. Abdul Djalil Mustaqim memperdalam studi bidang ilmu agama di Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Mojo Kediri selama dua tahun di bawah asuhan KH. Achmad Djazuli Utsman.

Tak hanya itu, beliau juga pernah nyantri di Pesantren Mojosari Nganjuk, tepatnya pada tahun 1961. Semasa nyantri di bawah asuhan KH. Manshur yang mana beliau merupakan pengganti dari KH. Zainuddin Mojosari yang terkenal menjadi wali agung, KH. Abdul Djalil Mustaqim juga sempat nyambi kuliah di jurusan Bahasa Arab IAIN Tulungagung. Namun, semasa perkuliahannya tidak sampai tuntas karena hanya berlangsung selama dua tahun. Ketika kuliah di IAIN Tulungagung, kakaknya, KH. Arif Mustaqim menjadi salah satu dekan di kampus tersebut.

Guru-guru Beliau

Guru-guru beliau saat menuntut ilmu, di antaranya:

  • KH. Mustaqim Husain
  • KH. Ahmad Suja’i
  • KH. Achmad Djazuli Utsman
  • KH. Manshur.

Karir

Karir beliau sesuai dengan bidang keilmuannya, yakni pengasuh pesantren PETA Tulungagung dan Mursid Tarekat.

Penampilan Sehari-hari KH. Abdul Djalil Mustaqim

Dalam kehidupan sehari-hari, beliau selalu berpenampilan rapi, bersih, segar dan ceria. Rambutnya selalu tersisir rapi.

Beliau juga senang sekali memakai pewangi yang berbau harum, sebab di sakunya selalu terdapat botol minyak wangi yang biasanya diusapkan ke kedua telapak tangannya.

Penampilan kesehariannya begitu sederhana, bersarung, berkopiah hitam dan kaos oblong warna putih atau berbaju koko apabila menemui tamu. Sedangkan saat bepergian, biasanya beliau mengenakan celana panjang berwarna hitam lengkap dengan ikat pinggangnya, kemeja lengan panjang atau pendek yang dimasukkan ke dalam celana serta mengenakan kopiah hitam.

Wafat

KH. Abdul Djalil Mustaqim kembali ke hadirat Allah Swt. sekitar pukul 01.30 dini hari, pada hari jumat Wage, Januari 2005. Sebelum wafat, beliau mengalami sakit selama tujuh hari dan dirawat di Rumah Sakit ORPEHA Tulungagung.

KH. Abdul Djalil Mustaqim dimakamkan di dalam kawasan Pondok PETA Tulungagung bersama ayahandanya KH. MUstaqim bin Husain.

Editor : Ummi Ulfatus Sy