Urupedia – Sebuah acara pendidikan demokrasi digelar di Balai Desa Karanganom, Kecamatan Durenan pada Sabtu (08/07/2023) malam. Acara ini diinisiasi oleh Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang yang menghadirkan narasumber dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Trenggalek.
Nurani selaku komisioner KPU tampil sebagai narasumber bersama Ibu Kepala Desa Karanganom Ibu Muntingah, juga Ichsan F, salah satu mahasiswa UB, dan Fahrurrozi ketua Panitia Pemungutan Suara (PPS) Desa Karanganom. Juga hadir Ahmad Baha’udin selaku Pengawas Kelurahan/Desa (PKD), yang juga Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Desa Karanganom.
Acara diskusi yang bertajuk “Ngopi Asyik” (Ngobrol Politik Asyik) yang mengambil tema ‘Kontribusi Anak Muda untuk Pemilu yang Lebih Baik’ ini dihadiri oleh para pemuda desa dan perwakilan ormas dari IPNU, IPPNU, dan Gerakan Pemuda (GP) Ansor).
Kepala Desa Karanganom dalam sambutannya mengucapkan terimakasih atas inisiatif mahasiswa KKN yang menggagas diskusi tentang peran anak muda dalam demokrasi dan Pemilu. Ia berharap anak-anak muda punya peran yang baik untuk mendukung Pemilu 2024.
“Untuk kawula muda bisa memilih yang bisa mengayomi. Jangan ubyak-ubyuk (asal pilih, red). Pilih yang tidak hanya teori tapi bisa memimpin,” ujar Muntingah tersebut.
Sedangkan Nurani menyampaikan pikirannya tentang peran anak muda sejak jaman pergerakan (pra-kemerdekaan) dan membandingkan dengan peran kaum muda setelahnya. Ia menyampaikan satu poin penting tentang fenomena di mana anak-anak muda saat ini apolitis dan cuek dengan politik dibanding pemuda jaman dulu.
Nurani mencontohkan bagaimana para pendiri bangsa sejak zaman pergerakan hingga kemerdekaan terdiri dari anak-anak muda dan bahkan belia. Ia juga mencontohkan Sukarno yang umur 26 tahun mendirikan partai nasional dan sosok Sema’un yang pada usia 18 tahun memimpin organisasi besar SI Semarang.
“Bayangkan, remaja seumuran gitu sangat politis anti-kolonial dan mengorganisir sebuah organisasi tingkat provinsi dan sebagai ketuanya, diumuran segitu kita ngapain?,” kata Nurani.
Pria kelahiran Desa Margomulyo Kecamatan Watulimo ini juga mencontohkan bagaimana ketika pemerintah Indonesia berdiri, yang semua pemimpin bangsa juga tergolong muda.
“Sukarno umurnya 44 tahun ketika jadi presiden, Sutan Syahrir umurnya 37 tahun ketika jadi Perdana Menteri. Wahid Hasyim umur 31 tahun ketika jadi Menteri negara urusan agama, Supriyadi umurnya 22 tahun ketika namanya ada di daftar kabinet sebagai Menteri Pertahanan,” imbuhnya.
Lalu Nurani memaparkan peran apa saja yang bisa diambil dalam Pemilu. Menurutnya, anak-anak muda harus aktif baik sebagai pemilih yang cerdas dan bermartabat, jadi penyelenggara Pemilu, bahkan juga sebagai kontestan atau calon.
Ia juga berpesan agar anak-anak muda yang hadir dalam diskusi itu untuk daftar ketika ada pendaftaran panitia Pemilu.
“Saya harap nanti anda-anda menjadi KPPS sebab anak-anak muda lebih cerdas jadi panitia di TPS dan cak-cek”, tegasnya.
Materi yang menarik disampaikan oleh Ichasn, salah seorang mahasiswa UB. Ia memaparkan dengan bantuan power poin tentang bagaimana kondisi anak muda yang tidak suka politik dan hal itu dianggapnya merupakan kondisi yang kurang baik. Ia juga menolak bahwa politik itu kotor. Politik itu ibarat pisau, tergantung bagaimana yang memegangnya dan digunakan untuk apa.
“Ibarat pisau, kotor tidaknya politik tergantung orangnya,” kata Ichsan, mahasiswa Sosial Politik UB.
Ichsan juga menyerukan agar anak-anak muda berperan aktif karena mereka adalah calon pengganti generasi yang nantinya akan menjadi tumpuan kemajuan masyarakat.
Sedangkan Fahrurrozi yang merupakan ketua Panitia Pemungutan Suara (PPS) sekaligus ketua Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) ranting Karanganom berharap dengan adanya kegiatan ini bisa menumbuhkan semangat dalam berpolitik.
“Semoga bisa menumbuhkan semangat dalam mengarungi kegiatan politik, khususnya dalam menghadapi Pemilu 2024. Karena Pemilu 2024 ini adalah tonggak awal dari kemajuan bangsa,” papar pria bertubuh tinggi besar tersebut.