Urupedia – Pada saat prosesi wawancara mengenai kegiatan ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (IIDC) 2023, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan bahwa para pemeluk agama perlu melakukan sesuatu untuk mengembalikan kredibilitas agama sebagai sumber moralitas dan etika.
“Diberbagai dinamika yang ada, agama ini kemudian cenderung di marginalkan karena dianggap sebagai pembawa masalah, padahal sebetulnya masalah-masalah ini yang menjadi milik bersama. Tetapi, para pemimpin agama menyadari dan mengakui masalah-masalah yang ada di setiap dalam agama itu dan kemudian juga mengakui bahwa agama perlu melakukan sesuatu. Agama-agama ini secara bersama-sama perlu melakukan sesuatu untuk mengembalikan krediblitas agama sebagai sumber moralitas dan etika,” jelasnya dilansir dari akune resmi YouTube NuOnline (08/082023).
Perlu diketahui bahwa ASEAN IIDC ini diselenggarakan atas inisiasi PBNU yang mana bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Agama, serta didukung penuh oleh Presiden Joko Widodo.
Lebih lanjut, Ketua PBNU juga menjelaskan bahwa untuk sekarang ini berdasarkan hasil hasil forum Religion of Twenty (R20) mereka akan membentuk kelompok kerja (working group) diantara pemimpin agama itu untuk mencerahkan strategi lebih lanjut.
“Nah, di antara yang perlu dilakukan setiap agama menggalang para pemimpin agama atau otoritas agama di lingkungan masing-masing untuk meninjau kembali terhadap unsur-unsur dalam wawasan keagamaan yang problematis itu, yang bisa mendorong melakukan recount textualisasi,” terangnya.
Gus Yahya melihat bahwa ASEAN dan Indo Pasifik mempunyai peradaban yang sama hampir sepertiga dari dunia. Dalam hal ini tentunya menjadi modal besar bagi masyarakat ASEAN untuk membangun perdamaian.
“Kita ini pernah menjadi satu peradaban bersama untuk ASEAN dan Indo Pasifik yang pengaruhnya mulai disebarkan sejak sebelum abad ke tiga sebelum masehi dan Peradaban yang kita warisi ini adalah peradaban harmoni, ini menarik sekali,” ungkapnya.
Gus Yahya juga mengingatkan kembali kepada masyarakat ASEAN dan Indo Pasifik tentang kolektif peradaban bersama.