Trenggalek, Urupedia – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) gelar halaqoh fikih peradaban dengan mengusung tema “Fikih Siyasah dan Tatanan Dunia Baru” di halaman Pondok Pesantren Bumi Hidayah At-Taqwa, Desa Kedunglurah, Kecamatan Pogalan, Sabtu (19/11/2022).
Kegiatan ini dimulai pukul 08.30 WIB sampai dengan pukul 15.15 WIB yang dipimpin oleh Bapak Erik Dwi Rahmawan selaku moderator dan diikuti secara khidmat oleh 100 peserta aktif dari Badan Otonom (Banom) Nahdlatul Ulama, Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif, dan santri Bumi Hidayah.
Setelah rangkaian acara pembukaan selesai, kegiatan dilanjut dengan penyampaian materi halaqoh dalam 2 sesi. Sesi 1 di isi dengan pemaparan materi dari beberapa narasumber antara lain KH. Ahmad Fahrur Rozi (Ketua PBNU bidang keagamaan), KH. Darul Azka (anggota LBM PBNU), dan Agus Zahro Wardi (Wakil Syuriah PCNU Trenggalek). Setelah itu dilanjutkan sesi 2 yaitu sesi diskusi.
Pada materinya KH. Darul Azka menyampaikan bahwa, Nahdlatul Ulama berada dalam sebuah negara yang memilih sistem negara bangsa bukan sistem negara Islam. Yang mana hal ini telah menjadi final diskusi founding father (pendiri bangsa) Indonesia. Dan Nahdlatul Ulama ikut berperan serta dalam menyelesaikan konflik-konflik horizontal terkait pemilihan sistem negara Indonesia.
“Saat itu ketika sebagian umat Islam menginginkan Indonesia sebagai negara Islam, Indonesia terancam mengalami disintegrasi beberapa provinsi beberapa wilayah memisahkan diri dari kita,” tuturnya
Beliau juga memaparkan tentang negara Indonesia notabene bukan negara Islam. Maka hukum-hukum agama, dan hukum syariat tidak bisa diterapkan secara utuh di Indonesia. Konsekuensinya adalah kesepakatan anak-anak Indonesia didalam membangun sebuah negara dan sistemnya menjadi sesuatu yang harus di ikuti.
Di tempat yang sama, Agus Zahro Wardi atau yang biasa disapa Gus Zahro ini juga menyampaikan, selain Nahdlatul Ulama ikut berperan dalam membangun peradaban dunia, tapi tidak boleh melupakan Nusyuzus Syariah.
“Terutama adalah tentang bagaimana dunia ini yang terancam perang dunia ketiga, Nahdlatul Ulama harus menjadi pioner. Paling tidak menjadi bagian dari ormas besar Islam yang mendamaikan beberapa negara yang kelihatannya sudah ancang-ancang memicu perang dunia ketiga,” jelas Gus Zahro.
Perlu diketahui pula PBNU sedang menjalankan program yaitu mengadakan halaqoh seperti ini di 300 titik tempat. Yang memang sudah saatnya Nahdlatul Ulama mendunia sesuai dengan slogan 1 Abad NU “Merawat Jagad, Membangun Peradaban.”
Editor: Munawir