Urupedia – Beredarnya berita meninggalnya seorang santri di pondok Modern Darussalam Gontor 1 Ponorogo, membuat ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ikut angkat bicara.
Korban yang berinisial AM (17), merupakan santri asal Palembang Sumatera Selatan. Ia diduga mengalami penganiayaan oleh santri senior paska kegiatan pramuka.
Dilansir dari Youtube resmi @NUOnline, dalam prosesi wawancara ketua PBNU KH. Yahya Cholil Staquf memberikan suatu pernyataan terkait soal kekerasan Santri di Gontor.
Pertama-tama, beliau mengemukakan bahwa hal tersebut merupakan peringatan kepada semua khalayak, terutama kepada Nahdlatul Ulama. Karena banyaknya pesantren, maka diperlukan suatu cara yang sungguh-sungguh bisa diandalkan untuk mengelola santri-santri yang tinggal di pesantren.
“Kita bisa bayangkan, seperti pesantren Gontor yang santrinya sampai belasan ribu. Bagaimana mengelola, mengawasi, sekian banyak santri ini tentu bukan hal yang mudah, dan hal-hal seperti ini dalam persepektif tertentu bisa kita katakan semacam kecelakaan. Karena tentu pesantren juga sudah berusaha membuat skema managemen yang sebaik-baiknya, tapi dengan sekian banyak santri tentu ada saja kemungkinan terjadi hal-hal semacam ini,” jelasnya.
Beliau juga menyampaikan rasa bela sungkawa terhadap korban atas nama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Beliau juga mendukung pesantren Gontor sepenuhnya untuk mengatasi masalah tersebut dengan baik.
Beliau juga menyampaikan terkait sanksi hukuman kekerasan itu tidak diperbolehkan, dan jika masih ada jangan sampai dilakukan.
“Jangan sampai santri itu disanksi dengan kekerasan, zamannya sudah zaman lain dan tidak bisa disamakan dengan legenda-legenda tentang Kiai yang memukul santri, malah santrinya jadi pinter,” ujarnya.
Apabila di pesantren ada suatu hal yang tidak diinginkan, menurut KH. Yahya Cholil Staquf hal itu bisa dikatakan ada kebocoran sistem. Tapi, lepas dari kesalahan yang ditimbul itu, kita semua orang juga sudah tahu bahwa manfaat dan peran yang sangat besar dari pesantren selama ini secara nyata dirasakan oleh masyarakat.
“Saya yakin bahwa masyarakat masih tetap membela pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang terpercaya untuk mendidik anak-anak secara komprehensif, tidak hanya soal pengetahuan saja, tapi juga soal perilaku,” Pungkasnya
Editor: Munawir