Esai

Bingung Mau Ngawalin Menulis Cerita? Berikut Tipsnya!

×

Bingung Mau Ngawalin Menulis Cerita? Berikut Tipsnya!

Sebarkan artikel ini

Urupedia “Pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda!” tulis Wahyudi Siswanto dalam bukunya, Cara Menulis Cerita. Banyak ide yang mau ditulisin tapi bingung mau mengawalinya gimana? baca tulisan ini sampai habis untuk medapatkan pencerahan saat akan menulis.

Kebanyakan penulis pemula pasti akan mengalami hal yang sama, bingung mengawali cerita. Sebenarnya ketika kita menemukan objek dan ide yang hendak dituliskan kita harus segera menuangkannya dalam lembaran kertas maupun catatan kecil di handphone atau pun ketika di depan laptop lebih baik segera mengetik di depan layar. Keburu ide menulisnya hilang. Lalu bagaimana cara kita mengawalinya? Baca tips-tips berikut ini:

Memulai dengan dialog

Seorang penulis bisa mengawali sebuah cerita dengan dialog tokoh, misalkan ketika hendak menuliskan perjuangan seorang ayah dalam mencari nafkah. Di sana, ia mengambarkan sosok tukang becak dengan segala jerih payahnya, dialog itu bisa dimulai dengan cara;

“Silakan naik Bu, tarif 5000 rupiah sampai di pasar sebelah.”

“Antarkan saya sampai sebelah warung kelontong saja, Pak!”

Memulai dengan deskripsi

Selain dengan dialog, penulis dapat memulai cerita dengan deskripsi. Misalkan dengan tema yang sama di atas, namun diawali dengan sebuah deskripsi/gambaran tentang suasana yang terjadi, misalkan:

Peluh menetes begitu deras, mengalir dari ujung kepala hingga ke pelipis. Ia mengayuh pedal dengan kuat, meski terik matahari begitu menyengat kulit. Sandalnya yang mulai tipis, tetap ia gunakan mengayuh. Bajunya terlihat compang-camping, namun hatinya sangat besar, sosok kepala keluarga yang menghidupi anak-istri dengan penuh semangat.

Memulai dengan tanda tanya

Penulis juga bisa memulai cerita dengan sebuah pertanyaan, misalkan; Ini bukan tentang hidup susah atau tidak atau pun mewah atau tidak. Ini tentang sebuah perjuangan seorang ayah mencari nafkah dengan segala jerih payahnya. Seharusnya seorang anak memiliki semangat lebih tinggi untuk meniti cita-citanya, melihat perjuangan ayah yang tak surut menghidupinya. Akankah ia menjadi seorang yang naif? mengingkari hidup dan menyerah begitu saja? Ini bukan prinsip bagi pemberani, tapi pecundang, bukan?

Memulai dengan puisi

Penulis dapat memulai cerita dengan puisi, seperti puisi dibawah ini;

Kaki yang penuh kapal mengayuh pedal dengan keras,

Nafasnya terengah, sesekali mengusap pelipis.

Tak henti-hentinya ia merapal; “Tuhan, berilah takdir yang lebih baik pada anakku kelak!”

Mengutip syair lagu

Misalkan mengawali cerita dengan lagu;

Bila ingin hidup damai di dunia, Bahagialah dengan apa yang Kau punya. Walau hatimu merasa semua belum sempurna. Sebenarnya kita sudah cukup semuanya. Bila dunia membuatmu kecewa, percayalah semua cita-citamu tertunda. (Catatan Kecil; Adera)

Memulai dengan pengandaian

Pengandaian berupa angan-angan yang ingin diwujudkan, atau sebuah perwujudan menolak kenyataan. Misalkan penulis bisa menuliskan, Seandainya aku tak hidup susah, pastilah aku sudah menjadi orang kaya, makan enak dan tidur di kasur empuk. Tiap pagi minum kopi di dekat jendela kamar dan menikmati birunya air kolam.

Memulai dengan Keluhan

Hari ini aku terjebak hujan, ada sebuah mobil lewat di samping kananku dengan cepat. Air hujan yang membasahi jalan itu pun membasahi bajuku karena sapuan roda mobil yang begitu keras. Aku kasian melihat Bapak-bapak tukang becak yang saat itu juga berada di sisi kanan jalan menyusur jalan bersamaku, “Argh, dasar mobil nggak pelan-pelan aja lewatnya! Yaampun Bapak jadi basah juga?”

Editor: Munawir

Index