Terik mentari yang begitu menyengat, menembus kulit ari
Peluh menetes, setetes demi setetes, mengalir menyusuri pelipisnya yang penuh kerut
Kaki kurusnya yang mulai renta dan rapuh, mengayuh pedal dengan kuat
Setiap kayuhan, ia memanjat doa,”Kuatkan kaki ini tuk mencari nafkah, Tuhan!”
“Demi sesuap nasi dan seteguk air.”
Seberat apapun beban hidupnya, kaki tetap mengayuh
Seberapa besar cobaan, nafas tetap berembus
Luka yang terbesit di kaki tua itu mati rasa, tak merasakan pedih sama sekali
Karena rezeki selalu menjemput dengan suka cita
Ia awali hari dengan senyuman, meski nyatanya pahit
Kakinya begitu kuat untuk menopang segala beban hidup
Kakinya begitu tegar menghadapi segala masalah
Kayuhan kakinya tak pernah henti
menjemput rezeki
untuk mereka
keluarga
di sana,
rumah
peraduan
Editor: Ummi Ulfa