Mozaik

Jarang Orang Tahu! Ini Filosofi dari Ketupat

×

Jarang Orang Tahu! Ini Filosofi dari Ketupat

Sebarkan artikel ini
urupedia media urup trenggalek Jarang Orang Tahu! Ini Filosofi dari Ketupat
Dok. Istimewa-Munawir

Urupedia – Tradisi ketupat merupakan tradisi yang tetap ada dan masih lestari di masyarakat Indonesia. Tradisi ketupat ini dilangsungkan pada hari ke-8 bulan Syawal.

Ketupat atau biasanya dikenal dengan nama kupat merupakan makanan yang berasal dari beras. Beras itu dibungkus dengan daun kelapa muda yang masih berwarna kuning atau dikenal dengan ‘janur’.

Ketupat merupakan salah satu tradisi yang digunakan oleh wali songo untuk berdakwah. Ketupat merupakan hasil akulturasi budaya Islam dengan masyarakat Jawa.

Dikutip dari Slamet Mulyono di buku “Kamus Pepak Bahasa Jawa,” Kata “ketupat” atau “kupat” berasal dari bahasa Jawa yang kepanjanganya “ngaku lepat” yang artinya “mengakui kesalahan.”

Sehingga dengan ketupat sesama Muslim diharapkan mengakui kesalahan dan saling memaafkan serta melupakan kesalahan.

Janur yang digunakan untuk membungkus ketupat tersebut merupakan kepanjangan dari “Jathining Nur” yang artinya hati nurani. Filosofinya, beras yang dimasukkan dalam ketupat tersebut digambarkan sebagai nafsu duniawi. Dengan demikian bentuk ketupat adalah nafsu duniawi yang dibungkus dengan hati nurani.

Sedangkan bentuk ketupat sendiri adalah segi empat yang menggambarkan prinsip “kiblat papat lima pancer,” yang artinya empat tersebut adalah 4 arah mata angin.

Dengan demikian, bisa diartikan bahwa, kemanapun manusia itu pergi, jangan sampai melupakan “pancer” yang artinya kiblat atau arah kiblat salat.

Kemudian rumitnya anyaman dari Ketupat itu sendiri mencerminkan berbagai macamnya masyarakat Jawa pada masa dulu. Dan anyaman yang melekat antara janur satu dengan yang lain melambangkan agar seseorang saling merekatkan tali silaturahmi tanpa membeda-bedakan.

Penulis: Munawir Muslih

Editor: Ummi Ulfa