
Setiap Hari Raya Idul fitri, ketupat selalu hadir sebagai makanan khas di banyak rumah di Indonesia. Tapi ketupat bukan sekadar makanan ada makna dalam di balik bentuk dan tradisinya. Ketupat yang hadir saat Hari Raya Idul fitri dalam budaya masyarakat Nusantara, menyimpan makna filosofis yang dalam. Makanan ini merepresentasikan nilai-nilai kehidupan, spiritualitas, serta kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Ketupat atau Kupat “Ngaku Lepat” yang berarti mengakui kesalahan, diyakini berasal dari tradisi Jawa dan dipopulerkan oleh Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo yang menyebarkan Islam di Jawa. Ia memperkenalkan tradisi “Bakda Kupat” atau “Lebaran Ketupat“, yang biasanya dilakukan seminggu setelah Idul fitri. Saat itulah ketupat dibagikan sebagai lambang kebersihan hati dan saling memaafkan. Ketupat juga sebagai bagian dari media dakwah Islam era wali songo.
Di balik bentuknya ketupat mempunyai Makna Filosofi yang menarik dan unik, seperti :
”Anyaman Rumit” sebagai Simbol Dosa dan Kehidupan. Bentuk ketupat yang dianyam dari janur (daun kelapa muda) mencerminkan kerumitan hidup manusia dan dosa-dosa yang dilakukan. Anyaman ini menjadi cerminan bagaimana manusia sering terjerat dalam berbagai kesalahan dan nafsu dunia.
”Janur atau Jatining Nur sebagai Lambang Kesucian Dalam bahasa Jawa, “janur” dalam filosofis bahasa Arab bisa dimaknai sebagai (جاء = telah datang jalan, نور = cahaya). Jadi, janur bisa dimaknai sebagai datangnya jalan menuju cahaya atau jalan kebenaran. Hal ini menunjukkan harapan bahwa setelah Ramadan, manusia kembali menuju fitrah bersih dan suci.
”Isi Putih Bersih sebagai Lambang Hati yang Suci” Ketika ketupat dibelah, tampak isinya yang putih dan bersih. Ini menggambarkan hati yang suci setelah menjalani puasa dan saling memaafkan. Ketupat menjadi lambang pembersihan diri dari dosa-dosa masa lalu.
”Tradisi ‘ Lebaran Kupat’ sebagai Simbol Silaturahmi” Ketupat biasanya disajikan saat berkumpul bersama keluarga dan tetangga.
Dalam budaya Jawa, kupat sering diiringi dengan ucapan “Laku Papat” yaitu : Luberan, Leburan, Lebaran dan Laburan yang artinya:
Luberan : melimpah rezeki dan rahmat
Leburan: luluhnya dosa dan kesalahan
Lebaran: melebur dosa selesai dari puasa dan saling memaafkan
Laburan : mensucikan diri atau kembali bersihnya diri dengan mengakui segala kesalahan
Ketupat bukan sekadar kuliner, melainkan simbol juga kearifan budaya dan spiritual khas nusantara yang kaya makna. Ia mengajarkan nilai pentingnya menjaga hubungan sosial. Dengan memahami filosofi di balik ketupat, kita diingatkan bahwa Hari Raya bukan hanya soal perayaan, tetapi juga momen untuk kembali kepada fitrah kemanusiaan yang suci dan saling memaafkan.