
Urupedia.id- Prof. Dr. KH. Moh. Tolchah Mansoer, S.H. (1930–1986) adalah seorang Ulama, Intelektual, dan aktivis yang memberikan kontribusi besar dalam sejarah Nahdlatul Ulama (NU) dan pendidikan Islam di Indonesia. Sebagai pendiri Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), beliau menunjukkan kegigihan luar biasa dalam membina generasi muda NU melalui pendidikan dan organisasi.
KH. Tolchah Mansoer lahir di Malang pada 10 September 1930, Berasal dari keluarga pesantren yang taat beragama. Sejak kecil, beliau telah akrab dengan dunia pendidikan Islam dan nilai-nilai keagamaan. Pendidikan awalnya dimulai di lingkungan pesantren dan sekolah agama, kemudian melanjutkan ke Madrasah Ibtidaiyah dan Pesantren Tebuireng, Jombang, di bawah asuhan KH. Hasyim Asy’ari, pendiri NU. Beliau juga pernah menimba ilmu di pesantren-pesantren besar di Indonesia, seperti Pesantren Lasem dan Rembang. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, beliau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, termasuk belajar di Fakultas Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik (HESP) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Meskipun sempat berhenti kuliah pada tahun 1953, beliau melanjutkan studinya dan berhasil meraih gelar Sarjana Hukum pada tahun 1964, serta gelar doktor dalam bidang Hukum Tata Negara.
Semasa kuliah di Yogyakarta, KH. Tolchah aktif dalam berbagai organisasi, pernah menjabat sebagai Ketua Departemen Penerangan Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) dan Organisasi Mahasiswa lainya. Meskipun menduduki berbagai jabatan strategis dalam beberapa organisasi Islam, sebagai generasi muda NU yang militan, beliau mempunyai gagasan mendirikan organisasi Islam yang khusus mewadahi pelajar NU. KH. Tolchah Mansoer tak hanya mengusulkan ide, tetapi juga menggerakkan berbagai elemen, dari para pelajar hingga ulama senior, untuk mendukung kelahiran IPNU.
Gagasan ini disampaikan pada Konferensi Lembaga Pendidikan Ma’arif NU di Semarang akhirnya tanggal 24 Februari 1954 ditetapkan sebagai tanggal berdirinya Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Berdasarkan Konferensi Tiga Kota di Solo, rekan Tolchah dipilih secara aklamasi sebagai ketua umum.
Pendirian IPNU penuh dengan banyak tantangan. Pada masa itu, NU sedang berstatus sebagai partai politik. KH. Tolchah berkomitmen bahwa IPNU dilahirkan bukan untuk kepentingan politik, melainkan sebagai organisasi pelajar yang independen. Ia harus mampu memposisikan IPNU sebagai organisasi penyatuan sekaligus sebagai ruang kaderisasi pelajar NU tanpa harus terintervensi oleh berbagai kegiatan politik. Meskipun menghadapi tantangan dalam mengembangkan organisasi kader Non-politik di saat induknya menjadi partai politik, IPNU tetap memiliki peran dan andil besar dalam membesarkan NU dari sisi kaderisasinya. Pendirian IPNU merupakan usaha untuk membuat rumah sendiri, agar para santri dan pelajar NU dapat lebih berkreasi dan berjuang dalam memperjuangkan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah.
Dalam perjalanan awal IPNU, KH. Tolchah Mansoer menghadapi berbagai tantangan. Di satu sisi, belum semua kalangan NU memahami pentingnya organisasi pelajar. Di sisi lain, IPNU harus berkompetisi dengan organisasi-organisasi pelajar lain yang sudah lebih dulu eksis. Namun, berkat kegigihan dan ketelatenannya dalam berdialog, melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh NU, serta menyusun program kerja yang konkret, IPNU mulai diterima luas.
Tolchah Mansoer juga berkeliling dari satu daerah ke daerah lain untuk mensyiarkan IPNU. Beliau bertemu para Pelajar, Guru, dan Kyai di Pesantren maupun Sekolah-Sekolah umum, mengajak mereka untuk bergabung dan berjuang bersama dalam organisasi ini. Sebagai Ketua Umum IPNU pertama, KH. Tolchah Mansoer memimpin dengan progresif. Beliau tidak membatasi IPNU hanya untuk kalangan Santri, melainkan juga membuka ruang untuk pelajar dari sekolah-sekolah umum, selama berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah.
Visi besar yang dibawanya adalah membentuk generasi pelajar NU yang memiliki keimanan kokoh, ilmu pengetahuan luas, dan berjiwa sosial yang tinggi. Beliau percaya bahwa perubahan umat harus dimulai dari pendidikan kader mudanya. KH. Tolchah Mansoer meninggalkan warisan besar berupa organisasi IPNU yang hingga kini terus eksis sebagai wadah pembinaan generasi muda. Semangat dan visi yang beliau tanamkan menjadi dasar perjuangan pelajar NU untuk terus berkembang dan berkontribusi bagi bangsa dan agama.
Selain aktif di IPNU, beliau juga berperan dalam berbagai kegiatan keagamaan, sosial, dan politik. Dedikasinya terhadap pendidikan tercermin dari semangatnya dalam membangun kesadaran pelajar akan pentingnya ilmu pengetahuan sebagai jalan menuju kemajuan.
Prof. Dr. KH. Moh. Tolchah Mansoer adalah sosok inspiratif yang menunjukkan kegigihan luar biasa dalam mendirikan dan mensyiarkan IPNU di tengah masyarakat. Melalui perjuangan dan dedikasinya, beliau berhasil membangun organisasi yang menjadi wadah kaderisasi pelajar NU, memperkuat semangat keislaman, kebangsaan, dan keilmuan di kalangan pelajar. Warisan beliau terus hidup dan menjadi inspirasi bagi generasi muda dalam memperjuangkan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan.
Daftar Pustaka
https://nu.or.id/fragmen/mengingat-kembali-cita-cita-kh-tolchah-mansoer-mendirikan-ipnu-IwpSo?utm_source=chatgpt.com-
Fakihuddin, Muhammad, Tosuerdi, dan Dian Dinarni. “Peran Organisasi IPNU Dalam Membina Akhlak Remaja Desa.” Madani: Jurnal Ilmiah Multidisipline, Vol. 2, No. 8, 2024.
Caswiyono Rusydie, Zainul Arifin, Fahsin M. Fa’al. KH. Moh. Tolchah Mansoer: Biografi Profesor NU yang Terlupakan. Pustaka Pesantren, 2009.
https://www.pacipnuippnupalang.or.id/2020/02/kh-tolchah-mansoer-pendiri-ipnu.html-