Fragmen

Sejarah Pagar Nusa Cimande Trenggalek (PSHC)

×

Sejarah Pagar Nusa Cimande Trenggalek (PSHC)

Sebarkan artikel ini
Sejarah Pagar Nusa Cimande Trenggalek (PSHC)
Lambang Pagar Nusa Cimande Trenggalek (PSHC)

Urupedia – Pencak silat memang sudah tidak asing ditelinga kita, karena pencak silat lahir dan merupakan warisan kebudayaan asli dari Indonesia. Setiap daerah pun memiliki aliran khas dan jurus pencak silat masing-masing, maka dari itu lahirlah banyak sekali aliran dan perguruan silat di Indonesia, salah satunnya pencak silat yang lahir di Desa Kerjo yaitu Pencak Silat Cimande atau yang sekarang dikenal dengan Pencak Silat Harimau Cimande PSHC.

Jika berbicara mengenai asal usul kata pencak silat, banyak ahli yang mengutarakan pendapatnya, seperti yang diungakapkan oleh Atok Iskandar yang mendefinisikan pencak silat itu mempunyai 3 tingkatan, dengan urutan Pencak, Pencak Silat, dan Silat. Masingmasing berbeda fungsi dan tujuannya. Pencak adalah gerak dasar bela diri yang terikat pada aturan tertentu dan digunakan dalam belajar dan latihan atau pertunjukkan. Pencak Silat adalah gerak bela diri tingkat tinggi yang disertai dengan perasaan, sehingga merupakan penguasaan gerak yang efektif, dan terkendali serta sering digunakan dalam latihan sabung atau pertandingan. Sedangkan Silat adalah gerak bela diri yang sempurna, bersumber pada keroanian yang suci murni guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama.[1]

Menurut Sukowinadi, istilah pencak berasal dari bahasa jawa dan terdiri dari kata “pen” yang berarti tepat dan kata “cak” yang berarti penerapan. Dengan demikian, arti istilah Pencak adalah penerapan kemahiran bela diri secara tepat. Kata tepat disini menyangkut baik cara maupun tujuan penggunaan Pencak.

Menurut Ismail Soh, Silat berasal dari “ilat”, yang berarti tipuan (trick) atau penggunaan akal. Silat juga berasal dari kata “sila” yang berarti pekerti, watak, akhlak atau sifat (karakter). Kata susila dan Pancasila, misalnya mempunyai kaitan dengan watak, akhlak atau sifat. Susila berarti watak atau akhlak yang baik dan Pancasila berarti 5 watak, sifat atau karakteristik bangsa Indonesia.

Menurut Poerwodarminto, kata pencak sama artinya atau sinonim dengan kata silat. Sekarang boleh dikatakan semua tokoh dan pendekar pencak silat di Indonesia sependapat mengenai kesamaan pengertian Pencak dengan Silat tersebut. Kata lain yang berpendapat dengan kata pencak dan silat tetapi sangat jarang digunakan adalah Gayung, Gayong, dan Gayuang.

Sedangkan menurut Djoemali menjelaskan bahwa Pencak adalah gerakan bela serang yang berupa tari dan berirama dengan adat kesopanan tertentu dan biasanya untuk pertunjukan umum. Silat adalah inti sari dari pencak, yaitu untuk berkelahi membela diri mati-matian dan tidak dapat dipertunjukkan pada umum. Pencak silat pada hakikatnya adalah suatu budi daya bangsa lndonesia yang telah dikembangkan secara turun-temurun sehingga mencapai bentuknya yang sekarang. [2]

Mungkin masih banyak lagi definisi maupun pendapat yang mengartikan pengertian pencak silat, tapi dari beberapa pendapat tersebut bisa kita tarik kesimpulan bahwa pencak silat merupakan sebuah alat untuk mempertahankan diri dengan tanpa melupakan nilai-nilai ajaran luhur sebagai pegangan bagi murid-muridnyanya.

PSHC

Pencak Silat Harimau Cimande merupakan pencak silat yang masuk ke dalam Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa yang merupakan Badan Otonom (Banom) yang mengurusi pencak silat pada organisasi terbesar di Indonesia bahkan dunia yaitu Nahdlatul Ulama (NU).

Dalam sejarahnya, yang membawa dan mengembangkan pencak silat ini di Trenggalek adalah Abah Slamet yang berasal dari RT. 11, RW 02 Dusun Krandon, Desa Kerjo.

Roy Yunani dan Gus Kodjin menceritakan bahwa dulunya Abah Slamet pada waktu kolonialisme berlangsung di Indonesia, pondok tempat menimba ilmunya di Jember, tepatnya di Kecamatan Jenggawah, Desa Ambolo diserang oleh penjajah, semua orang di pondok tersebut meninggal karena diberondong peluru oleh penjajah, dan ketika penyerangan itu Abah Slamet bersembunyi di stum.[3]

Menurut masyarakat disana, karena semua orang di pondok tersebut meninggal, lantas mengira bahwa Abah Slamet juga meninggal, akan tetapi Abah Slamet pada waktu itu selamat. Kemudian setelah itu sekitar tahun 1945 Abah Slamet mengembara mencari ilmu ke Bagelen sampai Banten. Abah Slamet kemudian pulang ke Desa Kerjo dan memperkenalkan ilmu pencak silat yang pernah ia dapatkan dan dikembangkan di desa ini dengan nama Cimande, yang sampai sekarang terus berkembang sampai luar provinsi di seluruh Indonesia.

Menurut putri dari Abah Slamet Sunik Nurofah dan didukung dengan pernyataan dari Gus Kodjin, bahwa Abah Slamet belajar pencak silat dari berbagai perguruan, mulai dari Cimande, Cikarung, Cikaret, cibakung, dan Cikampek. Maka tabuhan musik dan seni di PSHC ada lima versi juga.

Jika merujuk pada aliran silat Cimande, tokoh yang masyhur adalah Mbah Kahir atau Abah Khaer yang merupakan guru pertama dan penemu silat Cimande yang merupakan silat tertua di Indonesia.

Foto Abah Slamet guru besar pencak silat Pagar Nusa Cimande Trenggalek
Foto Abah Slamet guru besar pencak silat Pagar Nusa Cimande Trenggalek

Roy Yunani dengan didukung oleh pernyataan Mursalin yang juga merupakan keturunan dari Abah Slamet menyatakan bahwa Abah Slamet setelah pulang sudah mempunyai ilmu pencak silat dan dikembangkan di daerah Kerjo dan diberi nama Cimande dan berkembang menjadi Pencak Silat Harimau Cimande (PSHC). Bahkan dahulu kebanyakan pemuda baik dari Desa Kerjo maupun luar desa ikut belajar silat kepada Abah Slamet.

Abah slamet dimata putra-putranya merupakan orang yang tegas dan keras, bahkan ia waktu kronik 65 atau G30S PKI, ia merupakan orang terdepan dalam membantai orang-orang-orang PKI. Bahkan orang PKI yang tidak mempan di tebas dengan senjata tajam, jika dengan Abah Slamet ilmu kebal orang PKI tersebut bisa tembus. Hal ini juga sejalan dengan yang dilakukan oleh Gus Maksum Jauhari yang merupakan guru besar Pagar Nusa yang juga sangat getol dalam menumpas PKI pada zaman dulu.

Abah Slamet sendiri lahir pada tahun 1921 dan meninggal sekitar tahun 1988 dan dimakamkan di Barat Masjid Sabillul Muttaqin Dusun Krandon, Desa Kerjo. Makamnya tepat berada di barat pintu masuk makam.

PSHC masuk dalam naungan Nahdlatul Ulama di Banomnya Pagar Nusa, ceritannya dulu pada tahun 1983 Kiai Suharbillah datang ke Abah Slamet di Kerjo ini sambil membawa kamera untuk diambil gambarnya. Dahulu tahun 1983 belum bernama Pagar Nusa, tapi bilangnya ke Abah Slamet dan Gus Kodjin adalah silatnya Nahdlatul Ulama (NU).

Hal ini didukung dengan kesaksian Mursalin bahwa beberapa foto yang diambil tersebut nantinya akan diusul-kan ke pusat. Orang tersebut ketika datang mengatakan “nanti akan ada wadah pencak silat di Nahdlatul Ulama.”[4]

Pagar Nusa

Pagar Nusa atau disingkat PN merupakan sayap organisasi yang mewadahi berbagai perguruan pencak silat di seluruh Indonesia dibawah naungan Nahdlatul Ulama (NU). Pagar Nusa didirikan pada 22 Rabi’ul Akhir 1406 H bertepatan pada 3 Januari 1986 M di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur.

Berdirinya organisasi Pagar Nusa berawal dari kegelisahan para kiai-kiai NU aktivis pencak silat yang merasa ilmu bela diri itu mulai surut di pondok pesantren. Padahal dulunya pencak silat menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pondok pesantren.[5]

Hal tersebut ditandai dengan berkurangnya aktivitas pencak silat di pondok pesantren, yang mana sebelumnya selain menjadi tempat menggali ilmu agama pondok pesantren juga menjadi padepokan pencak silat. Tak sedikit para kiai pengasuh pesantren saat itu juga menjadi ahli pencak silat.

Selain itu menjamurnya berbagai perguruan pencak silat dengan berbagai aliran yang tidak terorganisir, menimbulkan klaim paling merasa kuat dan terbaik sendiri. Hal tersebut membuat para kiai aktivis pencak silat semakin gelisah, sampai pada akhirnya salah seorang pendekar pencak silat dari Surabaya yakni KH. Suharbillah berdiskusi dengan KH. Mustofa Bisri Rembang. Setelah berdiskusi keduanya bersepakat untuk menemui KH. Maksum Jauhari atau masyhur dikenal Gus Maksum di Lirboyo Kediri. Gus Maksum kala itu merupakan salah satu kiai sekaligus tokoh ilmu beladiri yang saangat disegani.

Singkat cerita, Pada masa awal pendiriannya KH. Anas Thohir, Ketua PWNU Jawa Timur kala itu mengusulkan sebuah nama yang berasal dari KH. Mujib Ridlwan Surabaya yang merupakan putra KH. Ridlwan Abdullah, pencipta lambang NU. Nama yang diusulkan ialah “Pagar Nusa”. Kemudian lambang Pagar Nusa adalah usulan dari KH. Suharbillah yang mencetuskan segi lima berwarna dasar hijau dengan bola dunia didalamnya.

Didepan bola dunia terdapat pita betuliskan “la ghaliba illa billah” yang berarti “tiada yang menang kecuali mendapat pertolongan dari Allah”. Kalimat “laa ghaliba illa billah” merupakan usulan dari KH. Sansuri Badawi yang meminta untuk mengganti kalimat sebelumnya yaitu “laa ghaliba ilallah”. Lambang tersebut kemudian dilengkapi dengan bintang sembilan dan trisula yang merupakan simbol dari pencak silat.

Pada tanggal 9 Dzulhijjah 1406 H/6 Juli 1986 PBNU yang saat itu diketuai oleh KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Ketua Umum dan KH. Achmad Siddiq sebagai Rais ‘Aam meresmikan Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa. Kemudian dalam membentuk kepengurusan tingkat nasional PBNU membuat surat pengantar penunjukan dan kesediaan untuk menjadi pengurus yang ditandatangani langsung Gus Dur dan Kiai Achmad Siddiq.

Setelah pertemuan tersebut akhirnya para kiai dan aktivis pencak silat berkumpul di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur pada 27 September 1985. Pertemuan tersebut membahas pembentukan sebuah wadah dibawah naungan Nahdlatul Ulama yang khusus untuk mengembangkan seni bela diri pencak silat.[6] Maka tidaklah heran jika di Pagar Nusa banyak aliran silat didalamnya yang salah satunya adalah PSHC yang berpusat di Trenggalek.

Bahkan KH. Suharbillah sendiri juga merupakan pendekar silat yang juga alirannya dari Cimande yang dikembangkan oleh Abah Slamet, yaitu dari Desa Kerjo ini.

Setelah Pencak Silat Harimau Cimande (PSHC) masuk ke Banom NU Pagar Nusa, Gus Malik, Gus Khojin dan Mbah Koiri menyebarkan Pagar Nusa di Trenggalek yang dimulai dari Desa Jambu Kecamatan Tugu sampai ke berbagai kecamatan di Kabupaten Trenggalek. Bahkan Gus Malik yang merupakan putra dari Abah Slamet juga menjadi dewan khos dan dewan pendekar Pagar Nusa di tingkat Jawa Timur, bahkan Imam Widodo yang merupakan dewan khos Pagar Nusa Klaten menceritakan dulunya waktu ia kecil sering mendengar nama Gus Malik dan orang Ponorogo yang banyak mengenal Gus Malik dengan sebutan “Warokane Pondok” .[7]

Pagar Nusa Cimande Trenggalek
Foto Gus Malik (Tengah)

Gus Malik juga sangat terkenal dengan atraksinya menggunakan bom rakitan atau orang-orang menyebutnya dengan “mercon”, hal ini pun jejaknya banyak ditemukan di media-media sosial yang menampilkan atraksinya dengan mercon yang dipegang dengan tangan kosong.

Mursalin juga mengungkapkan bahwa pesan Abah Slamet yang selalu ia ingat adalah agar selalu membaca Al-Qur’an walaupun sehari hanya satu ayat. Tak hanya itu saja, menurut Gus Kodjin hal yang juga dinasehatkan oleh Abah Slamet agar selalu berpuasa, karena dengan berpuasa bisa meneguhkan hati, karena manusia itu kuncinya di hati, jika hatinya bersih maka tingkah lakunya juga bersih, oleh karema itu ada salah satu bacaan doa di Pagar Nusa Cimande ini yaitu doa paneguh hati yang bisa menjadi amalan tahan pukul serta sebagai pondasi hati.

Disadur dari buku “Meraba Sejarah Lokal Desa Gajah Putih Trenggalek”


[1] Notosoejitno, Khazanah Pencak Silat, (Jakarta : CV. Sagung Seto, 1997),.35-36

[2] Eddie M. l.’lalapraya. 1988. Nilar-nilai Luhur Pencak Silat”. Jakarta: PB lPSl hal. 5

[3] Wawancara dengan Gus Kodjin, putra Abah Slamet.

[4] Wawancara dengan Mursalin

[5] https://pagarnusa.or.id/sejarah-singkat-pagar-nusa-wadah-pendekar-pencak-silat-nahdlatul-ulama/

[6] https://pagarnusa.or.id/sejarah-singkat-pagar-nusa-wadah-pendekar-pencak-silat-nahdlatul-ulama/

[7] https://www.nu.or.id/daerah/selamat-jalan-gus-malik-pendekar-pagar-nusa-dari-trenggalek-xUpxI

Daftar Isi

Index