Nasional

Merawat Solidaritas dalam Keberagaman: Refleksi dari Kegiatan Ngaji Sosiologi dan Buka Bersama di Bulan Ramadhan

×

Merawat Solidaritas dalam Keberagaman: Refleksi dari Kegiatan Ngaji Sosiologi dan Buka Bersama di Bulan Ramadhan

Sebarkan artikel ini

Urupedia.id- Tulungagung, 21 Maret 2025– Bulan suci Ramadhan adalah momen penuh makna bagi umat Muslim. Ia bukan hanya menjadi waktu untuk memperbanyak ibadah, menahan lapar dan haus, tetapi juga momentum memperkuat nilai-nilai solidaritas dan kemanusiaan. Berangkat dari semangat inilah, Himpunan Mahasiswa Program Studi Sosiologi Agama (HMPS SA) Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung menyelenggarakan kegiatan Ngaji Sosiologi dan Buka Bersama dengan tema “Memperkuat Solidaritas Masyarakat di Bulan Ramadhan: Kebersamaan dalam Keberagaman”.

Acara yang berlangsung di Warkop Reborn ini menghadirkan pemateri dari dua latar belakang agama, yakni Pendeta Lipta Pebriastutie dari Gereja Kristen Jawi Wetan dan Dr. Budi Harianto, S.Hum., Fil.I, dosen dan praktisi dari UINSATU. Moderator acara adalah Aisyah Apriliaswara Riswani, mahasiswa Sosiologi Agama yang memandu jalannya diskusi dengan hangat dan komunikatif.

Puasa Sebagai Simbol Spiritualitas dan Solidaritas

Pendeta Lipta dalam paparannya membuka perspektif menarik tentang puasa dari sudut pandang Kristiani. Ia mengutip dari kitab suci: _“Jika engkau berpuasa, janganlah mukamu muram seperti orang munafik, tetapi minyakilah rambutmu dan cucilah mukamu agar orang tidak tahu kalau engkau sedang berpuasa.”_ Ini adalah ajaran tentang ketulusan dan keikhlasan dalam menjalani ibadah, bukan sekadar simbolisme atau pertunjukan.

Lebih jauh, ia menekankan bahwa puasa dalam tradisi Kristen, khususnya selama masa Paskah, bukan hanya praktik pribadi yang bersifat spiritual, melainkan juga bentuk kepedulian sosial. Aksi seperti sedekah dan perhatian pada sesama menjadi wujud konkret dari puasa yang tidak egoistik. Pendeta Lipta mengajak seluruh peserta, baik dari latar belakang Islam maupun non-Islam, untuk melihat puasa sebagai jalan menuju solidaritas antarmanusia.

Islam dan Moderasi dalam Keberagaman

Dr. Budi Harianto membangun argumen yang kuat terkait pentingnya moderasi beragama sebagai kunci menjaga persatuan dalam masyarakat majemuk. Menurutnya, agama memiliki peran sebagai kekuatan integratif yang menyatukan perbedaan, bukan sebaliknya. Ia menyoroti peran penting agama dalam membangun masyarakat yang harmonis dan damai.

“Semua agama itu pada dasarnya moderat,” ujar beliau. “Yang radikal adalah pengikut yang salah memahami ajaran secara sempit dan tidak substansial.” Ia mencontohkan fenomena intoleransi seperti pelarangan ibadah atau kekerasan atas nama agama yang terjadi di berbagai daerah. Menurutnya, hal itu bukan cerminan dari agama itu sendiri, tetapi dari paham-paham ekstrem yang menyelewengkan ajaran.

Dr. Budi menjelaskan bahwa moderasi beragama adalah prinsip dasar dalam menjaga keutuhan bangsa dan cita-cita kebangsaan. Prinsip-prinsip seperti tawasuth (jalan tengah), tawazun (keseimbangan), ta’adul (keadilan), dan tasamuh (toleransi) adalah nilai-nilai Islam yang relevan untuk menjawab tantangan zaman. Dengan pemahaman Islam yang moderat, seorang muslim akan mampu menjalin ukhuwah dalam tiga dimensi: Islamiyah (agama), Wathaniyah (kebangsaan), dan Basyariyah (kemanusiaan).

Kebersamaan yang Menyatukan

Sesi diskusi yang dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai latar belakang ini menjadi ruang dialog yang hidup dan penuh antusias. Para peserta terlihat aktif bertanya, berdiskusi, dan memberikan tanggapan terhadap isu-isu kebhinekaan dan keberagaman agama. Diskusi ini tidak hanya memperkaya wawasan, tetapi juga memperkuat pemahaman akan pentingnya saling menghargai di tengah perbedaan.

Acara ditutup dengan buka puasa bersama yang menjadi simbol nyata dari persaudaraan tanpa sekat. Makanan yang dibagikan dan dinikmati bersama menjadi perekat hubungan sosial yang hangat dan akrab.

Tak kalah penting adalah keterlibatan aktif para panitia, mayoritas mahasiswa Sosiologi Agama, yang dengan semangat dan kekompakan memastikan jalannya kegiatan berjalan lancar. Dokumentasi yang diabadikan melalui foto-foto menunjukkan kebersamaan yang nyata dan penuh makna.

Menjadikan Ramadhan sebagai Momentum Merajut Toleransi

Kegiatan ini bukan hanya sebatas rutinitas akademik atau seremonial keagamaan. Ia telah menjadi refleksi nyata tentang bagaimana agama seharusnya dihadirkan di ruang publik: tidak dengan eksklusivisme, tetapi dengan semangat inklusivitas. Dalam bulan Ramadhan yang suci ini, mahasiswa UINSATU membuktikan bahwa solidaritas tidak hanya dibicarakan, tetapi bisa dipraktikkan secara konkret.

Moderasi beragama, toleransi, dan gotong royong adalah nilai-nilai yang tidak cukup diajarkan, tetapi perlu dicontohkan. Melalui kegiatan ini, HMPS SA telah menghadirkan contoh nyata bagaimana kampus sebagai ruang akademik bisa berperan sebagai agen perdamaian dan jembatan dialog antar iman.