
Saat ini banyak sekali hubungan yang kandas bukan karena faktor kurangnya cinta, tetapi karena banyak ekspektasi yang diinginkan. Harus begini dan begitu. Sering kali dilupakan bahwa cinta bukanlah suatu kontrak kerja, melainkan sebuah interaksi sosial atau hubungan sosial untuk tumbuh bersama. Pasti kebayang capeknya jika setiap hari menyesuaikan diri biar bisa diterima. Endingnya bukan jadi diri sendiri tapi jadi diri versi orang lain.
Nah, disinilah filsafat cinta versi Verrier Elwin menjelaskan hal tersebut. Sebelum mengulas mengenai perspektif dari Verrier Elwin. Mari kita ketahui bahwasanya nama lengkapnya adalah Harry Verrier Holman Elwin adalah seorang antropolog , etnolog , dan aktivis suku kelahiran India. Ia bekerja dengan suku-suku di beberapa negara bagian India Timur Laut. Elwin adalah seorang peneliti dan penulis yang produktif. Otobiografinya, “The Tribal World” of Verrier Elwin, memenangkan Penghargaan Sahitya Akademi dalam Bahasa Inggris pada tahun 1965 secara anumerta . Ia juga dikenal dengan antropolog yang tumbuh di tengah-tengah suku di India yang melihat cinta dari perspektif yang radikal tapi bikin tenang.
Cinta Yang Bebas dan Kepemilikan
Dalam penelitian tentang suku Muria, Elwin menekankan adanya lembaga yang dikenal sebagai ghotul, yaitu semacam tempat tinggal bagi remaja di mana mereka belajar hidup berkomunitas, termasuk mengenai cinta dan seks. Di ghotul, cinta dianggap sebagai pengalaman yang mendidik dan bukan sesuatu yang harus dipandang jelek. Menurutnya, sistem ini lebih baik dibandingkan dengan perspektif moral kolonial atau puritan, karena mengajarkan pentingnya rasa tanggung jawab serta penghargaan terhadap pasangan.
Cinta yang bebas dan kepemilikan adalah dua konsep yang seringkali dipertentangkan dalam hubungan interpersonal. Cinta yang bebas dapat memungkinkan kedua belah pihak untuk merasa lebih nyaman dan bahagia dalam hubungan mereka. Mereka dapat mengekspresikan diri sendiri tanpa takut akan kontrol atau penilaian dari pasangan mereka. Cinta yang bebas seringkali ditandai dengan kepercayaan, kejujuran, dan komunikasi yang terbuka. Kedua belah pihak memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu, sambil tetap menjaga hubungan mereka. Dalam hubungan yang seimbang, cinta yang bebas dan kepemilikan dapat berjalan beriringan.
Menurut Elwin, cinta dipandang sebagai pengalaman yang bersifat alami dan sosial, di mana cinta tidak hanya merupakan perasaan individu, melainkan juga sebuah fenomena yang terkait dengan aspek sosial dan budaya. Ia mempelajari banyak hal dari cara hidup masyarakat adat yang melihat cinta dan seksualitas sebagai aspek alami dan terbuka dalam kehidupan, bukan sebagai hal yang harus dianggap tabu. Elwin juga sangat menghargai kebebasan individu dalam mencintai. Ia memberikan kritik tajam terhadap perjodohan paksa dan sistem sosial yang membatasi pilihan cinta, baik di masyarakat Barat maupun Timur.
Namun, jika kepemilikan tersebut menjadi terlalu dominan, hubungan dapat menjadi tidak sehat dan tidak seimbang. Oleh karena itu, penting untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara cinta yang bebas dan kepemilikan dalam hubungan interpersonal. Buat Elwin, cinta itu bukan soal mengikat, tetapi merayakan keberadaan satu sama lain. Jadi bukan soal “kamu milikku”, tetapi “aku bersyukur kamu memilih hadir di hidupku”. Ia belajar hal tersebut dari sebuah komunitas yang tidak mengenal cemburu berlebihan, tidak memakai status dan standar yang ribet. Tetapi dapat mencintai dengan tulus dan bertanggung jawab.
Verrier Elwin menegaskan bahwa kebebasan dan kebahagiaan itu suatu nilai yang lebih penting daripada keuntungan materi dan cinta akan memainkan peran penting dalam memainkan kebebasan itu. Pada keseluruhan, filsafat cinta Verrier Elwin mengedepankan perspektif mengenai cinta yang komprehensif dan mendalam. Ia yakin cinta itu memiliki kemampuan untuk mengubah dan memberi kebaikan untuk setiap orang. Karena pada realitasnya cinta bukan hanya soal perasaan tetapi juga tindakan dan komitmen yang nyata.
Referensi Utama
Elwin, V. (2018). Filsafat Cinta. Barkeley: Divisi Publikasi, Kementerian Informasi dan Penyiaran
Elwin, V. (1947). The Muria and Their Ghotul. Oxford University Press.
Elwin, V. (1964). The Philosophy of Love. Oxford University Press.