Mozaik

Lafal Takbir Hari Raya Idul Fitri menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmu’

×

Lafal Takbir Hari Raya Idul Fitri menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmu’

Sebarkan artikel ini
Lafal Takbir Hari Raya Idul Fitri menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmu'
Ilustrasi Hari Raya Idul Fitri-jsjcreationsmm-pixabay

Urupedia – Salah satu kesunahan pada saat Hari Raya Idul Fitri adalah memperbanyak membaca takbir. Anjuran membaca takbir ini sejak malam 1 Syawal sampai imam shalat Id melakukan takbiratul ihram atau saat seorang takbir bagi yang tidak berjamaah.

Takbir Idul Fitri dibagi menjadi 2, yakni takbir muqayyad dan takbir mursal. Takbir muqayyad adalah takbir yang dianjurkan dibaca setelah shalat Id. Adapun takbir mursal adalah takbir yang dibaca kapan saja dan dimana saja.

Menurut penjelasana Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmu’, Syarhul Muhadzdzab, berikut lafal takbir Idul Fitri:

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.

Artinya: “Allah maha besar, Allah maha besar, Allah maha besar.”

Dapat pula takbir diatas ditambahkan zikir sebagaimana yang dilakukan Rasulullah Saw di bukit Shafa yang diriwayatkan Imam Muslim:

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِـيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ، لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Allahu akbar kabiiraa, walhamdu lillahi katsira, wa subhanallahi bukratan wa ashila, la ilaha illallahu wa la na’budu illa iyyahu mukhlishina lahud dina wa law karihal kafirun, la ilaha illallahu wahdah, shadaqa wa’dah, wa nashara ‘abdah, wa a’azza jundahu wa hazamal ahzaba wahdah, la ilaha illallahu wallahu akbar. Allahu akbar walillahilhamd.

Artinya: “Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan sebanyak-sebanyak puji, dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore, tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dan kami tidak menyembah selain kepadaNya, dengan memurnikan agama Islam, meskipun orang-orang kafir, orang-orang munafik, orang-orang musyrik membencinya. Tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dengan keesaanNya, Dia Zat yang menepati janji, Zat yang menolong hambaNya dan memuliakan bala tentaraNya dan menyiksa musuh dengan keesaanNya. Tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar dan segala puji hanya untuk Allah.”

Sementara lafal takbir yang sering dibaca masyarakat sebagai berikut.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. La ilaha illallahu wallahu akbar. Allahu akbar wa lillahil hamdu.

Artinya: “Allah maha besar, Allah maha besar, Allah maha besar. Tiada tuhan selain Allah. Allah maha besar. Segala puji bagi-Nya.”

Imam An-Nawawi menerangkan sifat takbir pada malam dan hari raya. Imam An-Nawawi menyebut tiga takbir berturut-turut yang dikutip dari Imam As-Syafi‘i dan ulama syafiiyah:

صفة التكبير المستحبة الله اكبر الله اكبر الله اكبر هذا هو المشهور من نصوص الشافعي في الام والمختصر وغيرهما وبه قطع الاصحاب

Artinya: “Sifat takbir yang dianjurkan, ‘Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.’ Ini (takbir 3 kali) yang masyhur dari nash Imam As-Syafi’i dalam Kitab Al-Umm, Al-Mukhtashar, dan selain keduanya. Sifat ini yang dipegang ulama ashab,” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, [Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah: 2010 M], juz V, halaman 42).