
Urupedia.id- Perkembangan teknologi digital saat ini telah mengubah hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Dari cara berkomunikasi, bekerja, hingga belajar, semuanya kini bergeser ke dunia daring.
Dalam konteks ini, dakwah sebagai aktivitas menyampaikan nilai-nilai Islam juga harus mampu beradaptasi agar tetap relevan dan menjangkau masyarakat luas, khususnya generasi muda yang akrab dengan dunia digital.
Dakwah Sebagai Tanggung Jawab Bersama
Dakwah tidak hanya menjadi tugas para ustaz, dai, atau kiai. Setiap Muslim memiliki tanggung jawab moral untuk menyampaikan kebaikan dan mencegah kemungkaran sesuai kemampuannya.
Allah Swt. berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 104:
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ١٠٤
“Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Ayat ini menunjukkan pentingnya dakwah sebagai sarana untuk menumbuhkan kesadaran sosial dan spiritual dalam kehidupan umat. Namun di era digital, cara berdakwah tentu berbeda dengan masa lalu.
Kemajuan teknologi informasi membuka peluang luas bagi para dai untuk menyebarkan pesan Islam.
Melalui media sosial seperti YouTube, Instagram, TikTok, hingga podcast, dakwah dapat disampaikan dengan cara yang menarik, singkat, dan mudah dipahami.
Namun, kecepatan informasi juga membawa tantangan. Tidak sedikit konten yang mengatasnamakan agama tetapi justru menimbulkan perpecahan dan kebingungan di masyarakat.
Karena itu, dakwah digital harus berlandaskan pada ilmu, etika, dan tanggung jawab moral.
Rasulullah ﷺ telah memberi teladan dalam menyampaikan dakwah dengan hikmah dan kelembutan. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 125:
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ ١٢٥
“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.”
Ayat ini menegaskan bahwa pendekatan dalam dakwah harus dilakukan dengan kebijaksanaan, empati, dan penuh kasih sayang bukan dengan kemarahan atau penghukuman.
Generasi Z sebagai generasi digital memiliki peran strategis dalam dakwah kekinian.
Mereka terampil menggunakan media sosial, kreatif dalam membuat konten, dan memiliki jaringan komunikasi yang luas.
Potensi ini dapat diarahkan untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang moderat, toleran, dan penuh kasih.
Misalnya, melalui video pendek yang berisi pesan moral, konten edukasi Islami, atau bahkan karya seni bernuansa dakwah.
Dengan gaya yang santai dan bahasa yang mudah dipahami, pesan dakwah bisa diterima dengan lebih baik oleh generasi sebaya.
Namun, generasi muda juga perlu dibekali dengan pemahaman agama yang kuat.
Kreativitas tanpa dasar ilmu bisa berisiko menimbulkan kesalahpahaman terhadap ajaran Islam.
Karena itu, sinergi antara ulama, akademisi, dan kreator muda sangat diperlukan untuk melahirkan dakwah digital yang inspiratif sekaligus edukatif.
Manajemen Dakwah Digital: Dari Niat ke Aksi
Dalam perspektif manajemen dakwah, kegiatan dakwah harus direncanakan dan dikelola dengan baik.
Mulai dari analisis kebutuhan masyarakat, penentuan media yang tepat, hingga evaluasi efektivitas pesan yang disampaikan.
Dakwah bukan hanya soal berbicara, tetapi juga tentang bagaimana pesan itu sampai dan berdampak positif pada audiens.
Dengan manajemen yang baik, dakwah digital dapat menjadi sarana perubahan sosial yang nyata: menumbuhkan kepedulian, memperkuat ukhuwah, dan menanamkan nilai-nilai Islam di tengah kehidupan modern.
Dakwah di era digital bukan hanya tentang berbicara di depan kamera atau menulis di media sosial.
Lebih dari itu, dakwah adalah upaya menebarkan cahaya Islam dengan cara yang bijak, relevan, dan menyentuh hati manusia.
Teknologi hanyalah alat; yang terpenting adalah niat yang tulus dan pesan kebaikan yang dibawa. Sebab, dakwah sejati bukan untuk mencari popularitas, melainkan untuk menebar keberkahan dan mengajak manusia mendekat kepada Allah Swt.
Oleh: Talita Navy, Mahaiswa UIN SATU Tulungagung






