NasionalOpini

Dibalik Fenomena Konten Gen Alfarizi: Narasi Perlawanan Anak Terhadap Logika Mistika di Indonesia

×

Dibalik Fenomena Konten Gen Alfarizi: Narasi Perlawanan Anak Terhadap Logika Mistika di Indonesia

Sebarkan artikel ini

Urupedia.id- Belakangan ini masyarakat diguncangkan oleh kehadiran akun tiktok bernama Gen Alfarizi (@hantu.hoaks) yang membuat heboh media sosial. Pasalnya akun tersebut membuat konten terkait fenomena hantu dan mistik, dengan penjelasan yang mudah dan rasional.

Dalam konten tersebut ia ditemani adiknya shafiya mengeksplor tempat- tempat yang diyakini angker dan penuh mitos. Sosok Alfarizi merupakan seorang anak kecil yang tergolong masih muda (Generasi Alpha), Banyak video menampilkan “uji nyali”, eksplorasi “kerajaan jin”, “makam”, atau “kota gaib” seperti Wentira—tempat-tempat yang sering dianggap sakral atau misterius oleh masyarakat.

Fenomena tersebut menariknya beberapa video justru mengkritisi konten mistis, seperti dalam video yang bertuliskan “STOP PEMBOHONGAN BERKEDOK MISTIS DAN SUPRANATURAL”. Ini menunjukkan Gen Alfarizi tidak sepenuhnya mendukung logika mistika, tetapi juga membongkar mitos atau memberi perspektif rasional terhadap konten serupa.

Gaya yang disampaikan juga mengundang followersnya untuk aktif berdiskusi dan berpikir. Dengan nuansa suara horor, sosok gen alfarizi berhasil mengajak penonton untuk merasionalkan kejadian- kejadian mistis yang dialami.

Dengan usianya yang muda, ini menimbulkan keberanian dan penentangan terhadap akun- akun komoditas horor yang kerap kali membawa hal- hal dramatis, dan logika mistika.

Uniknya konten tersebut juga memakai istilah “Cocoklogi” dan “Maksalogi” untuk mengkritik konten- konten yang menjelaskan hal horor yang tidak rasional.

Logika Mistika dikemas dalam Komoditas

Logika mistis yang tersebar luas dalam budaya populer Indonesia kini sering dimanfaatkan oleh para pembuat konten untuk mengeksploitasi rasa takut dan rasa ingin tahu masyarakat.

Kisah mengenai “kerajaan jin”, “kota gaib”, atau “benda pusaka” menjadi populer secara luas karena dapat menggabungkan elemen budaya lokal, keyakinan tradisional, dan estetika digital yang mengesankan.

Hal ini menghasilkan suatu ruang cerita yang terlihat spiritual, namun sebenarnya beroperasi dalam logika yang tidak rasional dan sering kali bersifat manipulatif.

Dalam konteks ini, konten Gen Alfarizi hadir bukan untuk ikut larut dalam arus tersebut, melainkan justru sebagai penyeimbang yang kritis.

Dengan gaya polos dan narasi sederhana, anak-anak dalam video ini justru mempertanyakan dan mengekspos kebohongan yang berkedok mistis. Ini bukan sekadar hiburan, tapi merupakan bentuk “ijtihad media”—usaha memahami dan menjelaskan realitas melalui pendekatan akal dan pengalaman langsung.

Walaupun pasti akan mengundang dialektika wacana, antara yang pro pendapat gen alfarizi atau pro terhadap hal- hal yang mistik dan ghaib.

Gen AlFarizi: Anak- Anak dalam Dunia Rasional

Gambar Al Farizi sedang menjelaskan fenomena Hantu

Yang membuat Gen Alfarizi menonjol adalah justru kehadiran anak-anak sebagai pelaku utama dalam eksplorasi lokasi mistis. Namun alih-alih menjadi korban mistika atau tokoh pasif yang hanya takut, mereka justru mengambil posisi aktif dan kritis—menantang kepercayaan yang ada, bahkan dengan gaya teatrikal yang ringan dan penuh sindiran.

Jika menggunakan pendekatan Jacques Rancière, dalam bukunya “The Politics of Aesthetics: The Distribution of the Sensible”, anak-anak ini bisa dilihat sebagai bentuk “subjek emansipasi” dalam tatanan simbolik budaya populer. Mereka melanggar batasan konvensional antara yang dianggap “dewasa” dan “kanak-kanak”, dan tampil sebagai agen perubahan terhadap dominasi logika mistika yang tidak rasional (Rancière J ,2004).

Dalam hal ini, Gen Alfarizi tidak hanya membuat konten hiburan, tapi juga “melakukan kritik budaya dalam bentuk yang sangat mudah dicerna oleh generasi digital

Index