Urupedia – Konferensi Pers bertajuk hastag #APBNKita edisi Desember terlaksana secara daring pada 20 Desember 2022 dan disiarkan langsung pada kanal youtube Kementerian Keuangan RI. Sri Mulyani, Menteri Keuangan Republik Indonesia menyatatakan anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami defisit jelang akhir tahun.
“APBN kita hingga pertengahan Desember 2022 terus memberikan sinyal yang kuat dan kredibel,” terang Sri Mulyani, Menteri Keuangan Republik Indonesia.
Menurut data yang diunggah pada akun media sosial Sri Mulyani, ia menyampaikan bahwa menjelang penghujung tahun 2022, kinerja ekonomi domestik masih cukup kuat. Neraca perdagangan mencatat surplus sebesar US$ 5,2 miliar, melanjutkan surplus dalam 31 bulan secara berturut-turut, yang merupakan rekor terpanjang dalam sejarah.
Ia memaparkan inflasi November 2022 kembali menurun ke level 5,4% (yoy) dari sebelumnya 5,7% di bulan Oktober dengan semakin terkendalinya inflasi kelompok makanan. Terkendalinya inflasi ini akan dapat menjaga daya beli masyarakat, sehingga konsumsi domestik diharapkan akan tetap kuat di tengah tren perlambatan ekonomi global.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia Q4 (Kuartal 4) tahun ini diprakirakan tetap tumbuh baik. Sehingga menurut proyeksi berbagai lembaga internasional secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 akan berada pada rentang 5,2%-5,4%.
Hingga tanggal 14 Desember 2022, realisasi pendapatan negara mencapai Rp 2.479,9 triliun atau tumbuh 36,9% (yoy). Belanja negara yang terealisasi Rp 2.717,6 triliun atau tumbuh 11,9% (yoy) telah mendukung pemulihan ekonomi dari sisi pertumbuhan, stabilitas, penurunan kemiskinan, hingga peningkatan tenaga kerja baru mencapai 4,2 juta orang.
Anggaran perlindungan sosial sebesar Rp 394 triliun, Diantaranya, PKH Rp 28,3 triliun untuk 10 juta keluarga, kartu sembako Rp 44,5 triliun untuk 18,8 juta keluarga. Kemudian BLT Migor Rp 7 triliun untuk 23,9 juta penerima, bantuan tunai PKL WN Rp 1,3 triliun untuk 2,1 juta penerima, BLT desa Rp 26,4 triliun untuk 7,5 juta keluarga.
Adapun bantuan tambahan sebesar Rp 23,1 triliun. Diantaranya, BLT BBM Rp 12,4 triliun untuk 20,65 juta keluarga, bantuan subsidi upah Rp 7,7 triliun untuk 12,8 juta pekerja buruh, dan dukungan APBD Rp 3,1 triliun.
Kemudian Kinerja PC-PEN 2022, yang pertama, klaster kesehatan sebesar Rp 54,2 triliun. Diantaranya, klaim perawatan pasien Covid-19, vaksinasi, penelitian, insentif tenaga kesehatan, dan insentif pajak kesehatan.
Kedua, klaster perlindungan masyarakat sebesar Rp 148,2 triliun. Diantaranya, BLT BBM, PKH, bantuan PKLW nelayan, BLT Migor, BLT dana desa, bantuan untuk disabilitas, Yapi, dan lansia, kartu pra kerja, dan kartu sembako.
Ketiga, klaster pemulihan ekonomi sebesar Rp 128,4 triliun. Diantaranya, program padat karya, ketahanan pangan, dukungan UMKM, dan insentif usaha.
Dengan kondisi ekonomi yang semakin tumbuh dan pulih, secara keseluruhan APBN hingga 14 Desember 2022 mencatatkan defisit yang menurun drastis menjadi 1,22% terhadap PDB dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2021 yaitu 3,64% dari PDB. Jumlah defisit 1,22% ini pun masih jauh dibawah batas defisit maksimal dalam Perpres 98 tahun 2022, yaitu sebesar 4,5% terhadap PDB.
Ia menambahkan bahwa ini adalah cerita konsolidasi APBN yang mendapatkan dukungan sangat tinggi dari pemulihan ekonomi. Virtuous cycle yaitu suatu siklus positif di mana APBN bekerja keras untuk memulihkan masyarakat dan perekonomian, dengan begitu masyarakat dan ekonomi bisa kembali memulihkan kesehatan APBN.
Sri Mulyani meyakini konsistensi kinerja positif APBN juga telah berhasil membuat Indonesia mendapatkan penilaian sebagai negara dengan kinerja perekonomian yang stabil dari berbagai lembaga rating internasional.
“Salah satu yang menopang capaian ini adalah kinerja penerimaan negara yang mengalami kenaikan signifikan,” kata Sri Mulyani.
Ia juga menambahkan, APBN terus mendorong penguatan kinerja BUMN melalui Penyertaan Modal Negara (PNM) yang mencapai Rp 82,05 triliun hingga 14 Desember 2022. Dari jumlah tersebut, Garuda Indonesia mendapatkan alokasi sebesar Rp 7,5 triliun sebagai perusahaan penerbangan milik Indonesia yang diharapkan dapat terus berkembang melalui restrukturisasi dan upaya perbaikan lainnya.
“Ini yang akan menjadi bekal kita untuk tetap optimis memasuki tahun 2023. Namun, kita masih akan tetap waspada karena guncangan global senantiasa bisa terjadi,” pungkas Sri Mulyani dalam postingannya.