
Urupedia.id- Pasar saham dunia, khususnya di Amerika Serikat, tengah menghadapi penurunan yang cukup signifikan. Nilai kapitalisasi pasar S&P 500, salah satu indeks saham utama, tercatat telah mengalami penurunan lebih dari USD 3 triliun sejak mencapai puncaknya pada 19 Februari 2025. Penurunan ini mencerminkan koreksi sebesar 6% dari level tertinggi yang tercatat sebelumnya, sementara dalam sepekan terakhir, S&P 500 turun sekitar 3,1%. Indeks saham lainnya, seperti Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan Nasdaq Composite, juga turut merasakan dampak, dengan penurunan masing-masing sebesar 2,4% dan 3,5%.
Sebagian pihak menyalahkan kebijakan Presiden Donald Trump, terutama kebijakan tarif yang diberlakukan terhadap negara-negara mitra dagang AS, sebagai penyebab ketidakpastian yang semakin membebani pasar saham. Kebijakan ini dipandang sebagai faktor yang menciptakan ketidakpastian di berbagai sektor bisnis, yang kemudian mempengaruhi sentimen pasar. Namun, Trump membantah klaim tersebut, menyatakan bahwa penurunan pasar lebih disebabkan oleh pihak-pihak yang tidak menyukai kebijakan AS. Ia menegaskan bahwa AS sedang berusaha untuk merebut kembali apa yang telah hilang selama ini melalui kebijakan ekonomi yang lebih proteksionis.
Di sisi lain, para ekonom dari JPMorgan Chase, Bruce Kasman dan Joseph Lupton, berpendapat bahwa kebijakan-kebijakan terbaru dari Trump cenderung semakin tidak ramah terhadap dunia bisnis, dan hal ini bisa menjadi katalis negatif bagi pasar. Dalam situasi ini, investor yang cermat perlu mempertimbangkan langkah-langkah strategis untuk mengelola portofolio mereka dengan hati-hati.
Meski penurunan ini mungkin menimbulkan kecemasan di kalangan investor, ada peluang untuk mereka yang bisa melihat lebih jauh. Penurunan pasar sering kali membuka kesempatan bagi investor untuk membeli saham-saham dengan potensi jangka panjang yang kuat. Misalnya, saham-saham teknologi, yang telah menunjukkan potensi pertumbuhan tinggi, bahkan melonjak lebih dari 150% dalam waktu singkat pada tahun 2024, bisa menjadi pilihan menarik untuk investasi jangka panjang.
Diversifikasi portofolio menjadi salah satu strategi yang sangat penting di tengah ketidakpastian pasar. Dengan menggabungkan berbagai jenis aset—seperti saham, obligasi, atau reksadana—investor dapat mengurangi risiko dan meningkatkan peluang untuk memperoleh keuntungan meskipun pasar mengalami volatilitas.
Secara keseluruhan, meski pasar sedang mengalami koreksi yang cukup besar, ini bisa menjadi kesempatan untuk membangun kekayaan bagi mereka yang memiliki strategi investasi yang tepat. Dengan memilih saham-saham yang under valued dan berpotensi rebound di masa depan, serta mendiversifikasi portofolio dengan bijak, investor dapat memanfaatkan situasi ini untuk meraih peluang yang lebih baik dalam jangka panjang.