
Pondok Pesantren Al Ghazali bertempat di Dusun Bolu, Desa Punjul, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Tulungagung. Pondok pesantren ini merupakan salah satu pesantren tertua di wilayah Tulungagung. Didirikan oleh Romo K.H. Abdullah Faqih pada tahun 1885 M. Beliau merupakan putra Almh. Raden Ayu dan H. Ali yang masih merupakan kerabat dekat Pangeran Diponegoro.
Perjuangan beliau diawali dengan melakukan pengajian tarekat bersama masyarakat sekitar. Seiring berjalannya waktu, pengajian tarekat tersebut dilaksanakan secara rutin sehingga lambat laun berkembang menjadi pondok pesantren. Pada tahun 1929 M beliau wafat dan kepemimpinan pesantren beralih kepada putra bungsunya, yaitu Romo K.H. Ghozali (1898-1979 M). Seperti halnya Sang Ayah, dalam kepemimpinannya, beliau memperlakukan para santri dengan penuh kasih sayang melebihi putra-putrinya sendiri. Beberapa perubahan yang berhasil dilakukan semasa kepemimpinan beliau adalah perubahan sistem pendidikan klasikal sebagaimana diterapkan di Pesantren Tebuireng semasa itu, penerapan administrasi, mengenalkan koperasi sebagai bentuk wirausaha santri, dan memperkenalkan ilmu-ilmu alat yang terdiri dari ilmu nahwu, shorof serta mengembangkan ilmu fiqih.
Setelah Kyai Ghozali wafat, beliau digantikan oleh putra bungsunya, Romo KH. Muhsin Ghozali. Sampai saat ini beliau yang masih memimpin dan menjadi pengasuh Pesantren Al Ghazali. Pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan di bawah kepemimpinannya adalah pengembangan metode pembelajaran Alfiyah Ibnu Malik, Ilmu Manthiq dan Ilmu Balaghoh dengan sistem kursus, serta mendirikan lembaga pendidikan formal, yakni pendidikan tingkat SMP dan SMA. Harapan ke depan, santri tidak hanya memiliki bekal ilmu agama tetapi juga berpadu dengan ilmu umum dan kemasyarakatan sesuai dengan zaman.
Konsekuensi adanya pembaharuan tersebut, Pesantren Al Ghazali memberikan dua macam pelayanan pendidikan, yakni dengan menyelenggarakan pengajian Kitab Kuning Madrasah Diniyah dan menyediakan pendidikan formal SMP dan SMA. Sistematika pelaksanannya untuk pengajian kitab kuning diampu oleh Agus Faisol Amin, pengajaran Alfiyah ibnu Malik, manthiq dan balaghah langsung diampu oleh pengasuh pondok pesantren yaitu K.H. Muhsin Ghozali.


Sedangkan untuk pendidikan formal, yayasan sholahiyatul Fattah atau Agus Zaerozi memberikan nama SMP Sunan Ampel dan SMA Sunan Ampel, yang diambil dari salah satu sunan wali songo. Tujuan diadakannya lembaga formal ini seperti telah dijelaskan sebelumnya, yakni supaya santri tidak hanya mengenyam pendidikan pesantren saja namun juga bisa mengenyam pendidikan formal di sekolah. Sampai saat ini SMP Sunan Ampel telah terakreditasi B sedangkan untuk SMA Sunan Ampel terakreditasi C. SMP ini pada tahun 2010 dan SMA 2021. SMA Sunan Ampel dirubah nama menjadi SMA Terpadu Sunan Ampel, .karena memadukan 2 materi dan 2 pembelajaran antara pendidikan umum dan pendidikan pesantren menjadi 2 pembelajaran, menjadi terpadu dan terorganisir
Sistem pendidikan yang diadakan di Pondok Pesantren Al Ghozali berupa: Dua sistem yang diterapkan adalah (1). Sistem Madrasah, (2). Sistem Pesantren Salaf.
Setiap pesantren visi-misi sebagai keinginan dari muasis atau pendiri agar rahmaatan lilalamin dan secara kongkritnya diwujudkan dalam bentuk lembaga formal dan pendidikan yang tetap memiliki basis pesantren. Visi di dirikanya Pondok Pesantren Al Ghozali adalah:
Unggul dalam prestasi berdasarkan iman taqwa dan akhlakul karimah.
Misi untuk mencapai visi tersebut yakni:
- Mengembangkan penghayatan nilai-nilai agama yang dianutnya dan budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
- Menyelenggarakan pendidikan yang bermutu dengan layanan prima dengan ciri khas ahli Sunnah Wal Jamaah.
Visi misi tersebut untuk mencapai tujuan:
- Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas;
- Menyiapkan peserta didik/ para santri memahami dan mengaplikasikan pendidikan agama dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa kegiatan ekstrakulikuler yang dilakasnakan di pondok pesantren ini mencakup (1) bidang olahraga, yang terdiri dari ekstrakulikuler voli, sepak bola, lari atletik , dan germas ( gerakan masyarakat sehat) dan (2) bidang kesenian, yang terdiri dari ekstrakulikuler hadrah, mading 3D, kaligrafi, dan tari tradisional
Sarana dan prasarana yang dimiliki pesantren antara lain laboratorium, perpustakaan, sanitasi santri, dan berbagai fasilitas pendukung antara lain ; ruang pertemuan, Gedung Olah Raga (GOR), dapur umum, koperasi, lapangan olah raga, laundry, tabungan santri serta taman-taman yang tersebar di sekitar lingkungan pesantren.
Penulis: Gesang Rino
Editor: Ummi Ulfa S
Untuk mendapatkan tulisan terbaru dari kami, bisa bergabung grup Telegram melalui link berikut (KLIK DISINI)