Esai

Urgensi Antusiasme Peradaban Pesantren Dalam Literasi Digital Era Millenial

×

Urgensi Antusiasme Peradaban Pesantren Dalam Literasi Digital Era Millenial

Sebarkan artikel ini
urupedia Urgensi Antusiasme Peradaban Pesantren Dalam Literasi Digital Era Millenial

Daftar Isi

Prawacana

Perkembangan teknologi dewasa kini menuntut  perubahan yang signifikan di segala aspek  bidang. Salah satunya adalah bidang Pendidikan, baik itu formal maupun non formal.

Seperti kita ketahui pada ranah pendidikan, lompatan teknologi tentu saja merubah persfektif metode atau pola pembelajaran yang awal nya dilakukan secara konvensional berkembang menjadi transmisi secara digital .Media digital kini menjadi sumber informasi yang paling banyak diakses masyarakat indonesia .

Kini media massa menjadi salah satu wasilah guna mengedukasi, mengkhotbahkan ajaran-ajaran  yang  secara tidak langsung dapat meng indoktrin orang yang membaca, mendengar maupun melihat nya . Oleh karena itu, pesantren sebagai institusi tertua ilmu kagamaan yang sejak awal membawa visi dan misi untuk mencerdaskan bangsa berdasarkan ahlakul karimah dan ajaran ahlussunnah wal jamaah mau tidak mau harus bertransformasi. Pesantren perlu memiliki kompetensi dalam mengendalikan isi media melalui gerakan literasi digital. Hal ini menjadi urgensi tersendiri guna merelevansi perkembangan zaman.

Hal ini menuntut pesantren untuk melek literasi digital. Pesantren dituntut untuk membuka ruang seluas-luasnya untuk para santri guna mencerna transmisi ilmu pengetahuan sehingga tidak hanya dari kitab-kitab turats (tulisan ulama terdahulu), melainkan menyesuaikan diri atau kontekstual terhadap perkembangan zaman. Selain itu juga untuk memperluas spektrum berfikir santri  tetapi tentu saja  tidak melupakan esensi literasi klasik pesantren itu sendiri .

ISI

Literasi dalam ranah sempit diartikan sebagai baca-tulis, juga disebut sebagai keberaksaraan atau melek aksara. Namun secara komprehensif literasi bukan hanya sebatas kemampuan mengeja dan menulis, alih-alih kemampuan literasi merupakan kompetensi berpikir atau kecakapan nalar dalam memecahkan suatu problema di berbagai bidang. Karenanya literasi bukan melulu soal baca-tulis, tapi mencakup aspek luas seperti literasi numerasi, science, literasi finansial, dan literasi digital.

Di era perkembangan teknologi yang begitu pesat ini, faktanya literasi klasik di pesantren telah tereduksi. Dimana tradisi membaca dan menulis yang notabene menjadi ciri khas pondok pesantren sedang mengalami degradasi. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan Pondok Pesantren sebagai pusat literasi, perlu adanya sebuah relevansi. Bagaimana kita membuat perpustakaan kembali relevan dengan perkembangan zaman, bagaimana perpustakaan bukan hanya tumpukan buku yang berdebu, tetapi tempat untuk merawat pikiran dan melahirkan ide-ide baru.

Itu semua merupakan sebagian tantangan yang harus kita hadapi sekarang. Mau tidak mau, pesantren kini dituntut untuk bertransformasi mengikuti zaman yang mengarah ke era serba digital. Begitu pula penerapan literasi klasik pesanten perlu dipadukan dengan literasi baru, yakni literasi digital. Literasi digital memberikan angin segar dimana santri tidak hanya mempelajari kitab-kitab turats tetapi juga menambah referensi buku bacaan dan kitab yang dapat diakses bebas melalu internet. Sehingga capaiannya dapat secara simultan dan terpadu .

Pembahasan mengenai literasi digital sendiri adalah kecakapan ataupun kemampuan dalam mengoperasikan media digital secara bijak dan tepat guna. Seperti kita ketahui bahwa media sosial seperti dua mata pedang yakni tidak hanya memuat hal hal yang bersifat positif, namun juga negatif seperti hoax, ujaran kebencian, provokasi, radikalisme dan masih banyak lagi kerap berlalu lalang di jagat media, maka sudah sepatutnya pesantren dan para santri membekali diri dengan literasi digital. Pesantren perlu menjadi produser media digital , dan mengisinya dengan kajian kajian yang menentramkan dan mencerahkan umat sehingga menjadi partisipan yang berdaya menuntun lajur arus informasi digital ke arah yang positif.

Secara spesifik, literasi digital merupakan bagian dari transformasi pesantren yang merupakan terma baru yang mucul setelah kehadiran internet. Adapun pemanfaatan internet pada pondok pesanten sendiri ada yang secara penuh memanfaatkan internet dan ada juga yang terbatas. Adapun pada kategori pertama, pesantren secara penuh memanfaat kan internet utuk menunjang aktivitas  akademik pesantren dan administrasi. Hal tersebut merupakan indikasi adanya keterbukaan pondok pesantren terhadap ilmu kontemporer. Para santri di pesantren ini dapat mengakses tambahan informasi secara digital baik berupa berita , jurnal, kitab berbentuk pdf, kamus online, ebook maupun informasi yang bersifat audio visual yang tentunya hal ini berpengaruh besar terhadap santri dan pesantren. Santri juga dapat menambah cakrawala ilmu, mengaji dan mengkaji isu-isu sosial kontemporer dan mengaitkan-nya dengan dalil-dalil yang bersumber dari Al Quran, Hadis dan kitab–kitab kuning, sehingga santri bisa menemukan jalan keluar dari berbagai masalah yang timbul dimasyarakat.  

Santri juga dapat memaksimalkan media internet guna pengembangan pesantren itu sendiri. Santri dapat menyebarkan ajakan kebaikan melalui konten yang di unggah di media sosial yang sedang kekinian. Seperti tik-tok, instagram, twitter dan lain sebagainya . Konten yang disebarkan dapat disisispi nilai moral amar ma’ruf nahi mungkar yang kemudian dapat di represesentasikan melalui video pendek yang bersifat ringan, menggelitik dan santai, namun tetap tidak meninggalkan esensi dari ajaran pokok yang akan dikhotbahkan. Melalui konten tersebut diharapkan masyarakat luas bisa mengimplementasiakan hal hal positif yang mereka serap dari konten konten tersebut di kehidupan sehari-hari.

Selain itu, pesantren dapat mengenalkan program-program unggulan serta visi dan misinya kepada khalayak ramai, sehingga hal ini dapat mengubah cara pandang masyarakat yang berasumsi bahwa santri itu gaptek dan stereotipe-stereotipe negatif lain tentang santri dan pesantren. 

Namun tidak semua pesantren memiliki kebijakan memberikan akses internet kepada santrinya, hal itu tentu saja dilatar belakangi oleh banyak hal. Namun pesantren yang demikian diharapkan tetap memiliki beberapa kelompok santri pengurus yang bertugas membaca jendela perkembangan media sosial guna menyesuaikan pembahasan pemecahan isu kontemporer yang ada di masyaratat.

PENUTUP

Literasi digital merupakan konsekuensi dari perkembangan teknologi, gerakan literasi digital perlu perlu dibudayakan secara masif di pesantren. Pesantren dituntut membuka diri kearah yang lebih tranformatif dan progessif, guna mengatasi kejenuhan model pembelajaran, kejenuhan paparan isu-isu media sosial yang mengarah kepada provokasi dan dampak buruk media. Sehingga pesantren merupakan lembaga yang berkontribusi penting terhadap penentuan arah informasi yang dibutuhkan.

Adapun gerakan literasi memang harus disambut baik,tetapi juga patut dibina dan diarahkan, diharapkan literasi digital pesantren dapat memberikan edukasi kepada santri dan masyarakat luas terkait menganalisis pesan yang disampaikan oleh media sosial. Sehingga akan tercipta peradaban masyarakat yang melek literasi digital. Oleh sebab itu, membangun antusiasisme literasi digital menjadi urgensi tersendiri dan sudah menjadi hal yang wajib  bagi pesantren untuk berperan penting turut andil dalam memberikan dakwah yang mencerahkan umat melalui literasi digital yang sehat.

Daftar Pustaka

Aly, Abdullah. Pendidikan Multikultural di Pesantren, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Fatmawati, N. I. (2019). Literasi digital, mendidik anak di era digital bagi orang tua milenial. MADANI: Jurnal Politik Dan Sosial Kemasyarakatan, 11(2), 119–138.

Yudha Pradana. (2018). Atribusi kewargaan digital dalam literasi digital. UCEJ: Untirta Civic Education Journal, 3(2), 168–182.

Penulis: Alfika Syafa

Editor: Munawir Muslih

Untuk mendapatkan tulisan terbaru dari kami, bisa bergabung grup Telegram melalui link berikut (KLIK DISINI)

Daftar Isi

Index