Urupedia – Perjuangan seseorang merupakan salah satu hal yang tidak dapat dilupakan semasa hidup orang tersebut, seperti yang bisa kita tiru dari sahabat Galih Iswani yang terus berusaha supaya bisa lebih maju dan sukses.
Lahir di desa Pakel dan memperoleh pendidikan madrasah semasa kecil membuatnya merasa tertarik dengan Nahdlatul Ulama. Dia sendiri sangat mencintai NU (Nahdlatul Ulama) baik dari segi keagaamaan sekaligus kemasyarakatan yang membuat namanya terkenal di kalangan anak PAC (Pimpinan Anak Cabang) khususnya di daerah Selopuro, Blitar.
“Saya itu pertama kali tertarik dengan Nahdlatul Ulama khususnya IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) pada saat masih sekolah madrasah. Waktu itu saya mendengarkan pengajian di desa bersama kakak-kakak IPNU, nah dikala mendengarkan pengajian tersebut saya semakin tertarik dengan apa yang disampaikan. Hingga saya ingin menjadi seperti kakak-kakak IPNU disana,” ujar Galih Iswani, dilansir dari Youtube watoNU Selopuro.
Sejak keluar dari madrasah, Galih meneruskan pendidikannya di Pesantren Darul HIkmah, Desa Kasim, Selopuro. Ia disana banyak belajar dari para gurunya mengenai pendidikan agama Islam, dan juga tentang Nahdlatul Ulama. Setelah menginjak masa SMA, Galih mulai aktif mengikuti IPNU di desanya.
“Setelah saya kira-kira kelas 2 SMA ya, saya waktu itu diajak dengan sahabat saya bernama Rehan Muhammad Solihin untuk mengikuti IPNU di desa. Kami selalu bersama-sama sehingga banyak yang mengira bahwa kami kakak-beradik padahal aslinya bukan. Saya waktu itu menjadi anggota biasa, ujar Galih Iswani.
Setelah bertambahnya usia, Galih mulai aktif di beberapa organisasi. Ia pernah mendapatkan gelar juara MC (Master Of Ceremony) bahasa Jawa yang kala itu diadakan di Pasirharjo, Blitar. Mulanya ia tidak sengaja dipilih oleh delegasi ranting dan menerima apa adanya.
“Ketika saya terpilih menjadi peserta lomba, saya kala itu memakai pakaian nyentrik dengan memakai sarung dengan baju tradisional Jawa dan memakai kopiah hitam. Usai perlombaan selesai, juri mengumumkan bahwa saya menjadi juara 1. Saya akhirnya dipanggil untuk menerima hadiah yang diberikan. Ternyata hadiah tersebut berupa beasiswa belajar di Keraton. Karena saya ingin meneruskan mondok jadi saya tidak mengambilnya,” lanjutnya.
Setelah hiruk pikuknya di dunia organisasi, pada tahun 2018 ia dimandat untuk mengumpulkan beberapa temannya dalam rangka pembentukan kembali ISNU (Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama) yang sempat vakum sejak 2010 silam.
“ISNU itu terdiri dari para sarjana yang kebanyakan di bidang pendidikan. Kala itu Pemerintah Blitar mendapatkan kewenangan dari PW (Pengurus Wilayah) untuk kembali mendirikan ISNU. Waktu itu di Blitar terdapat 22 PAC termasuk Selopuro,” terang Galih Iswani tersebut.
Setelah itu Galih mulai mengorganisir beberapa organisasi wilayah dan semakin dikenal dengan karena jabatan dalam organisasinya. Seperti menjadi Sekretaris Ansor PAC Selopuro, Wakil Sekretaris NU Ranting Selopuro. Bahkan ia sempat ditawari menjadi anggota Falakiyah NU. Di tengah kesibukannya tersebut Galih juga diangkat menjadi Kepala Madrasah SD Roudhotul Jannah.
“Dengan pekerjaan yang terbilang banyak tersebut, saya tetap masih bisa mengatur waktu yakni dengan memanfaatkan media sosial untuk mengurus keperluan lainnya. Seperti jika saya mengikuti rapat dalam organisasi ini, lewat HP saya bisa mengontrol organisasi lain. Jadi terdapat fungsi positif dari HP saya sebagai pemecah masalah dan pengatur waktu,” ungkapnya.
Sahabat Galih Iswani sangat menekuni usahanya dalam berproses menjadi seseorang yang lebih baik sehingga ia mampu menjadi orang sukses dengan caranya sendiri tak terlepas dari bantuan orang lain dalam berproses.
“Pesan saya untuk generasi muda saat ini adalah dengan mensyukuri apa itu proses, jangan menyerah ketika berproses untuk menjadi yang lebih baik. Karena dengan berproses kita bisa meraih apa yang ita impikan dan percayalah usaha tidak akan mengkhianati hasil,” tandasnya.
Penulis: Siroj Wicaksono
Editor: Munawir Muslih