Berita

Respon Perubahan Global, Presiden Dorong Tingkatkan Sinergi KSSK

×

Respon Perubahan Global, Presiden Dorong Tingkatkan Sinergi KSSK

Sebarkan artikel ini
Respon Perubahan Global, Presiden Dorong Tingkatkan Sinergi KSSK
Gambar Presiden RI-Tangkap Layar-Sekretariat Presiden-YouTube

Urupedia Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mendorong peningkatan sinergi Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk mengantisipasi cepatnya perubahan. Pernyataan tersebut disampaikan saat menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (BI) Tahun 2023 di Grha Bhasvara Icchana, Kantor Pusat BI, Jakarta, pada Rabu (29/11/2023).

“Yang paling penting juga antisipasi terhadap semua skenario ke depan, cepat dalam merespons setiap perubahan. Misalnya untuk inflasi, cek terus di lapangan, selesaikan kalau ada masalah dengan cepat. Kemudian juga perkuat KSSK, sering ketemu, sering berbicara untuk menjaga stabilitas sektor keuangan,” ujar Presiden, dilansir dari YouTube Sekretariat Presiden.

Presiden Jokowi meminta KSSK, yang terdiri dari Menteri Keuangan, Gubernur BI, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), untuk meningkatkan koordinasi.

“Dalam situasi seperti ini enggak bisa, minim seminggu sekali atau dua minggu sekali ketemu untuk ya ngopi bareng-bareng kan enggak ada masalah. Enggak usah serius, tetapi saling bertukar angka, bertukar kalkulasi, bertukar hitung-hitungan karena memang kondisinya kita harus merespons dengan cepat terhadap situasi-situasi yang berubah,” ungkapnya.

Ia menyatakan bahwa dunia sedang menghadapi berbagai tantangan, seperti persoalan inflasi dan suku bunga tinggi di Amerika Serikat (AS), perlambatan dan krisis properti di Tiongkok, serta peningkatan ketegangan geopolitik seperti perang di Ukraina dan Gaza.

“Oleh sebab itu, dampak dari perang yang ada harus sama-sama kita antisipasi. Karena kalau sudah yang namanya perang ini ganggunya kemana-mana. Gangguan rantai pasok global, lonjakan harga pangan, lonjakan harga energi, semuanya akan terdampak semuanya,” jelasnya.

Di samping itu, dampak perubahan iklim juga dirasakan, terutama pada situasi pangan di Indonesia. Pemanasan global telah mengakibatkan penurunan produksi pangan Indonesia, ditambah dengan pembatasan ekspor pangan dari 22 negara.

Meskipun dihadapkan pada tantangan tersebut, Presiden menyampaikan rasa syukurnya karena ekonomi Indonesia tetap tumbuh dan stabil di kisaran 5 persen, dengan inflasi yang cenderung stabil pada 2,6 persen. Sebagai perbandingan, ia menyebutkan pertumbuhan ekonomi di beberapa negara lain. Termasuk Malaysia 3,3 persen, AS 2,9 persen, Republik Korea 1,4 persen, dan Uni Eropa 0,1 persen.

“Artinya apa? Kita harus optimistis, tetapi tetap harus waspada, tetap harus hati-hati. Waspada pada perubahan yang super cepat, perubahan terhadap disrupsi teknologi yang juga super cepat. Memang kita harus prudent dalam melangkah, tetapi juga jangan terlalu hati-hati. Kredit terlalu hati-hati, semuanya terlalu hati-hati, akibatnya kering perputaran di sektor riil,” tandasnya.