Urupedia – KH. Miftachul Akhyar merupakan sosok yang sangat berpengaruh dalam organisasi NU. Beliau merupakan kiai kharismatik kelahiran 30 Juni 1953 lahir di lingkungan pesantren yang diasuh langsung oleh KH. Abdul Ghani, ayahnya.
Pendidikan
Pesantren Tahsinul Akhlaq Rangkah menjadi lingkungan pertamanya dalam belajar ilmu agama. Dari ayahnya, beliau belajar berbagai disiplin ilmu agama.
Banyak pondok yang sudah dijadikan tempat belajarnya, diantaranya Pondok Pesantren Tambakberas, Jombang, Pondok Pesantren Rejoso, Jombang, Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Pondok Pesantren Lasem, Jawa Tengah. Kemudian Majelis Ta’lim Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Makki Al-Maliki di Malang, tepatnya ketika Sayyid Muhammad masih mengajar di Indonesia.
Keluarga
Penguasaan ilmu agama yang luas membuat Syekh Masduki Lasem mengambil beliau sebagai menantu. Syekh Masduqi Lasem merupakan guru KH. Miftachul Akhyar yang terhitung sebagai mutakharrijin (alumnus) istimewa di Pondok Pesantren Termas, Pacitan, Jawa Timur.
Saat ini KH. Miftachul Akhyar menjadi pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya. Selain menjadi pengasuh pondok pesantren, beliau juga berperan aktif di Nahdhatul Ulama sejak muda.
Kiprah di Nahdlatul Ulama
Pada tahun 2000-2005 menjabat sebagai Rais Syuriah PCNU Surabaya, Rais Syuriah PWNU Jawa Timur pada tahun 2007-2013, 2013-2018, Wakil Rais Aam PBNU periode 2015-2020, Pj Rais Aam PBNU pada tahun 2018-2000. Selain menjabat sebagai Rais Aam PBNU untuk periode ini, beliau juga menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia pada tahun 2020-2025.
Perjalanan menjadi Rais Aam PBNU ini didorong oleh permintaan tokoh senior dan terhormat di Nahdhatul Ulama. Salah satunya adalah KH. Maimoen Zubair yang menjabat sebagai musytasyar PBNU mengatakan telah menemui KH. Miftachul Akhyar sebanyak dua kali untuk memohon agar bersedia menduduki posisi Rais Aam PBNU.
Teladan
Kesederhanaan beliau dan akhlak yang bagus menambah kharismatik beliau. Beliau menomorsatukan adab, khususnya adab menghormati tamu. Tidak segan beliau melayani tamu sendiri seperti menyuguhkan, menuangkan, mengambilkan, menyajikan makanan dan minum melalui tangan beliau sendiri.
Hal ini beliau meneruskan dari ayah beliau yang mewariskan contoh adab yang demikian terhadap tamunya.