
Di negeri yang katanya menjunjung demokrasi, terlalu sering kita menyaksikan organisasi, komunitas, bahkan gerakan yang mengusung nama “rakyat” hanya untuk memoles ambisi. Mereka bersorak lantang di luar, mengutuk ketimpangan, menyuarakan keadilan. Tapi di dalam ruang-ruang tertutup, di balik rapat yang tak berpintu bagi suara rakyat, yang terdengar hanya tepuk tangan kosong, pujian palsu, dan bahasa penjilat.
Aku pernah duduk di lingkaran itu. Aku melihat, aku mendengar, aku merasa bagaimana idealisme mati di meja makan, bagaimana cita-cita diganti dengan kalkulasi keuntungan pribadi, dan bagaimana nama “rakyat” dicatut untuk menyelamatkan ego mereka sendiri.
Dan karena itu aku berkata dengan lantang:
Lebih baik aku menjadi tukang sapu jalanan daripada menyapu bersih nurani dan kepentingan rakyat hanya demi kenyamanan pribadi.
Setidaknya, tukang sapu tahu apa yang ia bersihkan. Ia bekerja dengan tulus, tak menjual nama rakyat untuk kepentingan segelintir. Ia jujur terhadap pekerjaannya, dan pekerjaannya jujur terhadap rakyat.
Organisasi yang mengklaim diri sebagai suara rakyat, tetapi sibuk saling memoles di dalam adalah tubuh tanpa jiwa. Mereka adalah rumah retorika, kosong dari kebenaran, sibuk dengan skenario pencitraan. Mereka lebih takut kehilangan posisi daripada kehilangan kepercayaan publik.
Gerakan tanpa integritas hanya akan menjadi dekorasi perlawanan, bukan pelaku perubahan.
Komunitas tanpa keberanian menegur yang sesat di dalam, hanyalah cermin yang membiarkan bayangan busuk terus berulang.
Aku memilih jalan yang mungkin tampak remeh bagi mereka: menyapu.
Tapi di tiap sapuan itu, aku tahu aku membersihkan jalan agar rakyat bisa berjalan lebih bersih, lebih terang, dan lebih bebas.
Jangan ajari aku tentang idealisme jika di ruang strategis kalian sibuk menukar nurani dengan amplop.
Jangan ajak aku bergabung jika meja kalian lebih banyak membicarakan siapa yang harus dipuji daripada apa yang harus diperjuangkan.
Aku tidak sedang marah. Aku sedang sadar.
Dan kesadaran ini tidak butuh panggung, cukup keberanian untuk berkata:
Lebih baik aku menjadi tukang sapu jalanan, daripada menjadi bagian dari mereka yang menyapu kepentingan rakyat demi kekuasaan semu.
r8iy6s
wf4clr