Urupedia – Seiring dengan berkembang teknologi yang begitu cepat dan pesat, telah membuat hubungan komunikasi menjadi lebih intens dan mudah. Sebab, di manapun seseorang tersebut berada bisa dijangkau dengan menggunakan gawai. Perkembangan itulah yang telah membuat teknologi semakin subur. Sedangkan, para penggunanya semakin tenggelam atau bisa dikatakan sebagai pecandu.
Istilah “pecandu” inilah yang menggambarkan atau mencerminkan apa yang terjadi di sebagian kalangan generasi milenial sekarang ini. Saya menamainya dengan istilah “Generasi dingkluk” karena seringkali saya menjumpai orang-orang yang lagi fokus dingkluk menatap layar gawai, entah dalam aktivitas apapun. Kata dingkluk sendiri memiliki arti menunduk.
Hal itulah, sering kali dilakukan oleh generasi dingkluk dalam beraktifitas yang tak terlepas dalam pemanfaatan teknologi, khususnya gawainya. Bukan dingkluk seperti pada istilah jawa yang memiliki arti berbudi luhur atau bertingkah laku baik. Namun, lebih mengarah ke suatu fenomena yang sering kali menjadi sebuah kebiasaan dan candu.
Dalam perkembangan teknologi, khususnya dalam penggunaan gawai sangatlah marak sekali di sekililing kita. Tentu saja dengan dilengkapi akses internet yang lancar telah menjadikan keunggulan tersendiri untuk terus di bawa dalam beraktivitas sehari-hari.
Adanya internet inilah yang mempengaruhi kalangan pengguna gawai dalam berhubungan dan berkomunikasi. Belum lagi adanya berbagai aplikasi yang mempermudahkan dalam beraktifitas dan mencari informasi apapun, seperti adanya aplikasi Shopee, Insstagram, Facebook, Whatsaap,Tiktok, Youtube dan lain sebagainya, yang telah membuat aktivitas sehari-hari seakan-akan menjadi lebih mudah, cepat dan instan.
Kecanggihan teknologi, khususnya dalam penggunaan gawai merupakan sesuatu yang tidak bisa dipungkiri lagi. Perkembangan teknologi tersebutlah yang telah mengubah dunia. Tidak terkecuali juga telah mengubah pola pikir generasi saat ini. Sejalan dengan itu, salah satu ilmuan yaitu Albert Einstein terkait perkembangan teknologi, beliau mengatakan “I fear the day that technology will surpass our human interaction. The wold will have a generation of idiots.”
Kekawatiran Albert Einstein tersebut diungkapkan melalui kalimat itu, yang merupakan cerminan fenomena saat ini. Dimana kemajuan teknologi telah menggantikan komunikasi dan interaksi hubungan sosial dengan perangkat khayalan yang bernama teknologi.
Adanya teknologi seakan-akan telah menyimulasi setiap individu atau perorangan melalui penggambaran dunia ilusi atau dunia maya yang menjadikan nyata dan berwarna. Yang menjadikan seseorang malas untuk bergerak dan kecanduan terhadap teknologi, sehingga membuat komunikasi menjadi hilang antar hubungan interaksi langsung dengan makhluk sosial.
Oleh karena itu, orang-orang yang hanya mengandalkan teknologi itulah yang dikawatirkan oleh Albert Einstin. “The wold will have a generation of idiots.” Teknologi sekarang ini telah membawa kita untuk masuk ke dalam peradaban yang tak mengenal batas-batasan. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan teknologi juga membawa kita ke pada perubahan yang positif, dan negatif.
Tentunya dalam hal itu tidak terlepas dari fenomena generasi dingkluk dalam berhubungan sosial di kehidupan bermasyarakat sekarang ini. Dengan menempatkan antara dunia nyata dan dunia maya. Kondisi tersebut telah saya rasakan sendiri, ketika masuk menjadi generasi dingkluk yang telah menghabiskan waktu produktifitas dengan menggunakan gawai hingga tak mengenal batas waktu.
Misalnya, saat bangun tidur pertama kali yang disentuh adalah gawai, saat makan juga, saat sebelum tidur juga. Kejadian seperti itulah yang telah menjadi sebuah kebiasaan candu yang sulit sekali dilepaskan. Belum lagi, dalam perkembangan teknologi di gital di ranah pendidikan.
Dengan pemanfaat teknologi melalui fitur media seperti, Whatsaap, Zoom, dan Google Meet, Youtube telah menjadikan generasi saat ini tidak terlepas dari dingkluk, mengapa demikian? Karena pemanfaatan teknologi seperti itu di ranah pendidikan telah menjadikan pola pikir dan mindsite generasi sekarang ini menjadi ketergantungan dengan gawai.
Saya sungguh telah merasakannya sendiri, ketika seorang pendidik menjelaskan, semua peserta didik dingkluk mengarah ke gawainya masing-masing dan sesekali mengarah ke proyektor yang ditampilkan oleh pendidik.
Meskipun begitu, sebenarnya dengan pemanfaatan teknologi juga banyak sekali mafaatnya dan keefektifan dan keefisennya di ranah pendidikan. Namun, tidak bisa dipungkiri juga pengaruh penggunaan gawai yang berlebihan juga dapat mempengaruhi pskis dan karakteristik setiap individu.
Contohnya kurangnya konsentrasi, saya terkadang mengalaminya ketika menggunakan gawai seringkali kalau diajak berbicara kurang nyambung. Justru kadang tidak terdengar karena fokus dengan gawai. Bahkan ketika lupa menaruh gawai, seakan-akan pikiran ini semkain gelisah, kawatir, dan cemas. Apalagi sehari tanpa menggunakan gawai.
Perasaan yang saya rasakan itu, juga pernah dialami oleh beberapa generasi milenial sekarang ini. Tentunya dalam hubungan komunikasi yang sering terjadi miskomunikasi. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya intensitas dalam berkomunikasi yang kenyataan sangat mempengaruhi pola pikir generasi sekarang dalam menjalin hubungan sosial antar generasi.
Tentu hal ini mengakibatkan keterbatasan dalam mempererat keakraban dan keharmonisan, karena hubungan itu terjalin pada dunia maya dan berbanding terbalik dengan kenyataan sosial.
Penggunaan gawai yang marak sekarang ini, juga telah mempengaruhi pola kehidupan masyarakat sekarang dalam beraktivitas sehari-hari. Seperti berkumpul bersama teman atau keluarga lebih sering digunakan untuk dingkluk menatap layar gawai dibandingkan dengan bercengkrama dan bergurau. Selain itu, fenomena tersebut juga seringkali kita temui di jalanan raya, banyak orang yang sedang berjalan di pinggir jalan dengan melangkahkan kakinya dan postur tubuhnya dingkluk dan ada juga yang mengendarai kendaraan dengan masih menatap layar gawainya.
Memang teknologi yang canggih telah membawa kita ke dalam dunia yang super mudah dan memuaskan diri kita sendiri. Namun di samping semua itu, juga dapat memperbudak kita menjadi generasi yang lupa sekitar, anti sosial dan apatis.
Tentu saja, saya sendiri merasakan bagaimana pengaruh perkembangan teknologi telah membawa saya masuk ke dalam segala sesuatu yang mudah diketahui. Saya pun tidak dapat menghindari ataupun mengelaknya, karena kecanggihan teknologi sangat saya butuhkan untuk mengikuti arus perkembangan zaman. Namun, saya yakin dan percaya bahwa sesuatu yang berlebihan itu pasti tidak akan baik, itu memang benar adanya di kehidupan ini.
Oleh karena itu, jangan biarkan diri kita terhanyut oleh arus perubahan teknologi. Akan tetapi, perubahan teknologi harus kita manfaatkan dengan bijak untuk kepentingan yang lebih bermanfaat tentunya. Tak lupa kita sebagai makhluk sosial harus sering-sering melakukan interaksi sosial dengan sesama secara langsung.
Sebab kita hidup bermasyarakat, tentunya membutuhkan bantuan orang lain. Meskipun, perkembangan teknologi telah mempermudah kita menjadi sosok individu yang serba bisa melakukan segala aktivitas apapun dalam berinteraksi di dunia maya. Untuk itu, jangan sampai kita lupa akan lingkungan sekitar kita dan sekililing kita.
Seperti kata Paulo Freire, “Seandainya manusia tidak mampu melihat kritis tentang zamannya, mungkin mereka tidak akan bisa ikut aktif mengenai realitas dan terbawa hanyut oleh arus perubahan.”
Editor: Munawir Muslih






