
Detak demi detak waktu telah bertransisi
Saatnya diri melangkahkan kaki
Dari suatu tempat yang seringku filosofikan sebagai penjara suci
Dimana setiap detiknya terpahat di ruang memori
Tentang nikmatnya mengaji dan keikhlasan mengabdi
Ketika sukma mengalir dalam lingkungan ketaatan pada Ilahi
Didampingi para jiwa jiwa yang tak terkontaminasi kefanaan duniawi
Kini semuanya telah usai
Kenangan dan sekonyong rutinitas itu kini hanya mampu dirindui
Namun bukan hanya perihal kenangan yang abadi
Melainkan simbolisasi dan jati diri seorang manusia yang disebut santri
Tempat yang bernama pesantren yang pernah mereka tinggali
Walau kini mereka diluar bercampur baur dengan semua inisilisasi manusia bumi
Terlihat dari perbedaan sudut pandang yang dimiliki
Definisi kesuksesan bagi mereka jauh lebih harmoni
Bukan hanya tentang meteri ataupun jabatan tinnggi
Bukan hanya ingin terkenal dan dipuji layaknya dewi
Kebahagiaan mereka terletak pada hati
Dan sisi nirmalanya sebuah budi pekerti
Karena menjadi santri bukan hanya sebuah profesi
Melainkan sebuah simbolisasi
Yang akan menemaninya dan takkan mati
Penulis: Amalia Khoirun Nisa’ (Jombang)