Barangkali hanya kata yang mampu mencatat
miniatur cahaya di balik doa-doa sakralmu,
sekali waktu membuatku tersedu
ketika engkau membaca zikir cinta untuk Rabbi
Sering kusaksikan betapa kesiur waktu
mampu kau salami dengan lirih yang luruh
pada untaian kitab masa silam, menatap wajahmu adalah pelipur lara
ketika dada ini penuh dengan belukar dosa
Maka izinkanlah langkah ini mendera menderas hikmah ijazah
yang kau amanahkan pada tualang ini
meski kerap membuncah merah: di aral kenyataan yang gamang
Yang tersisa hanyalah lirih suaramu
menembus kelam tidurku yang panjang
tiba-tiba kau tiba lebih awal tersenyum di gigir mimpi
menderas nasihat kecil lebih dalam hingga terjaga kemudian membaca ulang
fragmen-fragmen pesan langit hingga dingin tubuhku
meraba pertanyaan-pertanyaan dari dawuhmu semalam
Barangkali ada yang lebih utama
dari gelap dunia seisinya yang gasal ini
kuramu hingga merejuk ke dalam kalbu
sungguh, tak dapat kukatakan lagi
doamu memenuhi jagat kecilku yang getir
kuurai pelan sekali kalam hikmah itu
meski kadang lingsir dan rubuh: ditikam waktu.
Karya: Muhamad Arifin (Semarang)