Langkan surau itu bertelekan bambu
Bercericit menopang santri dan kiai
Mengkhusyukkan serumpun rohani
Malam-malam yang mengaji
Kalam-kalam terbuka, dibaca langit dan udara
Gigil merutuki kulit yang dipasung koko dan kopiah
Membekukan huruf-huruf hijaiyah di halaman kitab
Tetapi tulang-tulang tetap kukuh menopang gelagat tubuh nun mendengungkan ayat-ayat kitab suci hingga tapal kaki
Berderap merangkaki tangga menuju subuh
Lentera cokelat menggantung di langit-langit kayu
Kacanya legam dan masam berdebu
Sekian masa menerangi surau bambu
Sekian masa menemani usia ibu
Laku fajar bergeming di tugur pohon katapang
Melahirkan percik embun dan halimun
Subuh yang hening dilantangkan gemuruh azan
Membasuh diri dan menjemput kesucian
Kantuk tersasar di selasar sembahyang
Wajah jatuh di momentum pengabdian
Ada yang hikmat terpejam, ada yang syahdu melantangkan pujian
Bermunajat di kepagian, bermesraan dengan Tuhan.
Karya: Ibrahim Rasyid (Bogor, 18 oktober 2021)