Urupedia – Belakangan ini jagat teknologi digemparkan dengan perkembangan Artificial Intelligence (kecerdasan buatan). Bahkan AI mulai menunjukan eksistensinya yang maybe dikhawatirkan melampaui kecerdasan manusia yang menciptakannya. Seperti halnya media sosial digemparkan dengan AI yang bisa menirukan suara beberapa tokoh publik, misal presiden, musisi, pelawak, artis, pesepak bola dan tokoh lainya, yang mana suara tersebut bisa dijadikan sebuah lagu akhirnya disebut dengan istilah musik AI. Selain itiu, teknologi AI juga dapat memfikitifkan ilustrasi gambar, bahkan ada pula yang aktif menjawab segala pertanyaan, seperti contohnya Chat GPT yang dapat memberikan ide untuk content creator hingga membatu editor dalam mengedit video dengan instan.
Memang terkadang menggiurkan bagi kita, memudahkan kita untuk membantu tugas-tugas yang terbengkalai. Akan tetapi dengan kemajuan tersebut apakah kita akan menjadi manusia pemalas? karena selalu mengandalkan alat tersebut? Atau bahkan dengan perkembangan teknologi tersebut manusia akan kehilangan akal sehatnya?
Definisi dan Dunia Manipulasi
Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence merupakan studi tentang komputer yang dapat melakukan hal- hal yang melampaui manusia, Komputer dirancang untuk diprogram menjadi lebih cerdas dan pintar, harapannya digadang-gadang untuk memudahkan manusia menjalani aktivitasnya, memecahkan masalah, tetapi pada realitanya AI sudah melampaui manusia, justru menuai masalah baru.
Pada Artificial Intelligence, komputer memungkinkan bisa menerima segala pengetahuan melalui input dari manusia dan menggunakan berbagai teknik untuk mensimulasi proses penalaran sama seperti manusia, tetapi pada dasarnya AI merupakan produk pengetahuan dari manusia, mekanismenya masih dikendalikan manusia, dan mungkin bisa saja mekanisme tersebut semakin berkembang dan mengupgrade dirinya sendiri.
Pada dasarnya, kecerdasan buatan itu tetap buatan, karena menurut Ririen Kusumawati, dalam artikel ilmiahnya yang berjudul Kecerdasan Buatan Manusia (Artificial Intelligence) Teknologi Impian Masa Depan, kecerdasan buatan yan digaung-gaungkan manusia ia hanya berperan dengan teknik pelacakan dan pengumpulan pola berdasarkan basis pengetahuan yang dimilikinya. Artinya dari sistem itulah yang menunjukan hal yang dianggap canggih, sebenarnya berada pada kendali manusia, informasi yang ada hasil inputan dari manusia, maka sebenarnya itulah kecerdasan buatan adalah dunia manipulasi. Tidak bisa dikatakan murni seperti manusia memperoleh pengetahuan nya. Manipulasinya salah satunya adalah contoh Chat GPT ia adalah kumpulan informasi yang diserap kemudian melahirkan sebuah keputusan yang disusun oleh sebuah bahasa pemrograman. Atau mudahnya ia akan menjawab pertanyaan yang memang sudah ada informasinya, dan tidak akan bisa menjawab pertanyaan diluar informasi yang dia punya.
Ketakutan akan Kejahatan
Semakin masif AI untuk dikembangkan, maka ia akan semakin canggih. Namun apakah kemudian kita akan takut bilamana AI mengambil posisi kita sebagai manusia? Menurut berbagai macam sumber mengatakan ada prediksi jutaan pekerjaan manusia yang akan hilang digantikan oleh AI. Menurutku itu adalah sesuatu yang dilebih- lebihkan, pada kenyataanya itu tergantung kehendak beberapa manusia, apakah AI akan dijadikan barang konsumtif? apakah AI mampu memenuhi kebutuhan manusia secara klimaks? Itu adalah suatu hal yang tidak bisa ditebak, mungkin bisa saja hari ini kita yang menolak, namun esok hari siapa yang tahu?
Akan tetapi problematika yang dihadapi saat ini bukan itu saja, permasalahanya semakin besar apabila AI ditunggangi oleh segelintir oknum untuk melakukan cybercrime atau kejahatan digital. Seperti halnya kebocoran data karena hacking yang kemudian data-data tersebut disebarluaskan sehingga memunculkan kejahatan pada dunia nyata. Misalnya seperti intervensi, kasus penculikan, atau pembunuhan. Contoh kasus yang nyata terjadi bersumber dari Exabytes.com. Informasi aneh di situs KPU tahun 2004 dan termasuk peluncuran terbaru dari Tim IT KPU senilai Rp 152 miliar itu tidak bisa diretas, akhirnya berita itu mengundang hacker bernama Xnuxer untuk meretas dan mengambil alih situs. Peretasan tersebut berhasil dan mengubah nama partai-partai menjadi Partai si Yoyo, Partai Kolor Ijo, Partai Web pertama. Tetapi Xnuxer gagal dalam mengubah hasil voting KPU.
Hal di atas hanya contoh sebagian kecil kasus yang kami ceritakan, belum lagi kebocoran data asuransi jiwa BRI Life tahun 2021, kebocoran data e-Hac Kemenkes tahun 2021, situs web DPR RI Down dan berganti nama tahun 2020. Semua itu hanya kejahatan hacking, belum yang phising, pengambilan data orang untuk kebutuhan pribadi seperti penipuan, digital terorisme, penipuan jual beli online, konten porno, dan , masih banyak lagi. Pertanyaanya apakah AI sebagai pioneer kemudahan kebutuhan manusia bisa menimbulkan kejahatan semacam itu? Jawabannya kemungkinan bisa dan tentu saja bisa.
Andaikan saja ketika AI menjadi dalang atas kejahatan digital tersebut bagaimana kondisi kita? atau justru AI menampilkan informasi palsu dan memuaskan pelaku kejahatan? Seharusnya untuk melawan kemungkinan buruk, kejahatan media yang akan terjadi, kita harus memiliki otak yang lebih cerdas dengan komunitas yang ahli dalam bidang tersebut. Di dunia yang serba terbuka ini kerawanan itu harus kita kawal bersama, memperkuat ilmu dengan literasi digital, serta belajar pentingnya pemrograman atau hal yang dapat melindungi identitas digital kita. Jangan membayangkan AI seperti dalam film Sci- Fi yang terlalu di lebih-lebihkan, tetapi lihatlah situasi sekarang untuk kedepan.
Penulis: Krisna Wahyu Yanuar
Seorang Santri yang Suka gabut menulis, dan Mengarang. Penulis buku Fly Away With My Faith