
Judul Buku : Islam Praksis: Keberislaman yang Aqli, Naqli, dan Tarikhi
Penulis : Dr. Ayang Utriza Yakin
Penerbit : IRCiSoD
Tebal : 220 Halaman
Tahun Terbit : 2022
Sebagai seorang Muslim, mempelajari ajaran Agama Islam menjadi sebuah keharusan. Sebab mempelajari Islam dapat mengantarkan pada jalan yang benar dan diridhai Allah. Seperti halnya kompas yang menunjukkan pada musafir arah menuju tujuan perjalanan. Terlebih Rasulullah Saw juga mewajibkan menuntut ilmu bagi setiap Muslim. Rasulullah Saw bersabda dalam hadisnya:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.”
Namun, mempelajari Islam jika hanya secara tekstual dapat berpotensi menimbulkan masalah. Masalah yang kerap terjadi akibat memaknai teks secara harfiah―kata demi kata―diantaranya adalah merasa paling benar sendiri, menuduh orang lain―yang berbeda pemahaman―sesat dan masih banyak yang lainnya. Ini hanya sebagian saja dan masih tergolong masalah ringan. Ada yang lebih berat lagi seperti radikalisme dan terorisme. Yang keduanya merupakan masalah serius yang perlu kita lawan bersama.
Sebagian orang menganggap bahwa terikat pada teks dalam hal keberagamaan merupakan cara berpegang teguh terhadap kemurnian ajaran agama itu sendiri, karenanya benar dan mulia. Mereka tidak mempedulikan sejarah yang melatarbelakangi adanya teks tersebut. Bagi mereka, teks adalah sumber kesegalaan. Maka mempelajari Islam dengan berbagai sudut pandang menjadi sebuah solusi. Guna menghindari kebekuan dalam menyikapi persoalan agama. Serta mencegah munculnya pemahaman radikal-fundamentalis yang berujung pada kekerasan.
Dr. Ayang Utriza Yakin dalam bukunya “Islam Praksis: Keberislaman yang Aqli, Naqli, dan Tarikhi” mengajak kita untuk melihat ajaran Islam secara kritis dan literat. Buku ini membuat kita merenungkan kembali esensi dari ajaran Islam yang mendukung perdamaian dan kasih sayang kepada sesama manusia, bahkan makhluk lain.
Buku ini awalnya adalah tulisan-tulisan Dr. Ayang Utriza Yakin yang bertebaran di media cetak dan media online. Tulisan tersebut adalah hasil penafsirannya atas ajaran-ajaran Agama Islam untuk menjawab persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat. Maka jangan heran jika tema yang terdapat dalam buku sangat beragam. Dr. Yakin membagi bukunya ke dalam empat bab. Pertama, hubungan keislaman, kenegaraan, dan kebangsaan. Kedua, pembaruan pemikiran keislaman Indonesia. Ketiga, Hukum Islam, HAM, Keadilan. Keempat, Islam dalam sejarah dan budaya Indonesia. Pada setiap bab terdapat esai hasil analisis sang penulis yang berkaitan dengan tema.
Penulis mencoba memaknai ajaran Islam atas dasar aqli (akal), naqli (teks), dan tarikhi (sejarah). Naqli atau teks menjadi sumber utama pengetahuan yang berbasis ajaran Islam. Dalam hal ini berarti Al-Qur’an dan hadis. Sedangkan aqli atau akal berfungsi sebagai alat untuk menalar, memahami sesuatu atau makna yang terkandung dalam teks. Begitu juga sejarah, keberadaannya juga penting untuk mengetahui latar belakang kondisi sosial-politik, sejarah, asal-usul adanya teks tersebut.
Dengan ketiga perangkat tersebut―aqli, naqli, tarikhi―maka akan muncul konklusi dari ajaran Islam yang lebih komprehensif. Karena ketiganya akan saling melengkapi dan menguatkan. Sehingga akan muncul penafsiran keberislaman yang mencerahkan dan mencerdaskan.
Inilah mengapa buku tersebut diberi judul “Islam Praksis”. Agar pembaca dapat memahamidan memaknai ajaran Islam yang ada dalam sejarah (menyejarah) dan dalam keseharian yang benar-benar terejawantahkan dalam sikap dan perilaku. Bukan hanya dalam tataran ideal-normatif.
Dalam esainya yang berjudul “Cendekiawan Muslim Indonesia yang Membumi”, Dr. Yakin mengupas salah satu alasan mengapa gerakan fundamentalis, radikal, atau ekstremis mudah mendapat tempat di masyarakat. Sebabnya karena mereka memiliki kepedulian pada orang berkekurangan atau kaum fakir miskin. Sehingga gerakan yang mereka usung menjadi ramai peminat.
Sebagai contoh seperti kasus yang pernah ada di Mesir. Gerakan Ikhwanul Muslimin―kelompok yang kerap dicap sebagai gerakan fundamentalis-radikal―sempat mendapat dukungan dari masyarakat. Ini disebabkan Ikhwanul Muslimin saat itu melakukan pendekatan kepada rakyat Mesir dengan menyejahterakan rakyat. Mereka mecerahkan kehidupan masyarakat melalui lembaga pendidikan yang mereka miliki. Serta memberi layanan kesehatan lewat rumah sakit dan klinik yang mereka punyai.
Kasus tersebut dapat menjadi renungan bagi cendekiawan atau kaum terpelajar di Indonesia. Bahwa sebagai orang yang terdidik, tugas kita tidak berhenti pada tataran gagasan dan teori. Namun mewujudkan gagasan tersebut dalam tindakan praksis dalam kehidupan keseharian masyarakat. Karena ilmu tanpa amal (perbuatan) tidak akan mendatangkan kemanfaatan. Ia diibaratkan sebagai pohon yang tidak berbuah. Begitulah menurut salah satu adagium yang populer.
Masih menurut Dr. Yakin, cendekiawan muslim di Indonesia terbagi menjadi dua kategori. Yakni cendekiawan teoritis dan cendekiawan praksis. Yang pertama adalah mereka yang hanya berkutat di dunia gagasan dan teori. Sementara yang kedua mewujudkan gagasan dalam kehidupan nyata. Ini menjadi tugas penting para pelajar muslim di Indonesia, bagaimana menjadi cendekiawan praksis yang bermanfaat bagi masyarakat.
Buku ini cocok dibaca untuk segala kalangan. Terutama bagi kalangan terpelajar. Karena tema dan pembahasannya yang multidisipliner akan memperkaya khazanah pengetahuan secara komprehensif dan mendalam. Terlebih tema yang dibawakan sangat beragam, dan semuanya saling berkesinambungan.
Meski berisi tulisan yang tidak ringan, namun Dr. Yakin dapat menyajikan esainya dengan bahasa yang populer dan mudah dipahami oleh segala kalangan. Bahkan bagi yang awam sekalipun. Sehingga menjadikan buku ini dapat dibaca oleh siapapun, dalam kondisi apapun dan dimanapun.
Penulis

Muhammad Ubaidillah Hanan adalah seorang pengajar yang berdomisili di Sleman, Yogyakarta. Ia merupakan alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan latar belakang keilmuan yang kuat dalam studi keislaman. Sebagai pegiat studi keislaman, Hanan aktif dalam mengembangkan pemikiran Islam yang terbuka, kontekstual, dan berdialog dengan realitas zaman. Ia percaya bahwa ajaran Islam harus senantiasa dihidupkan dalam ruang-ruang publik secara inklusif dan transformatif. Melalui media sosial, khususnya Instagram (@mhmmdhanan_), Hanan kerap membagikan gagasan, refleksi pemikiran, serta aktivitas keilmuannya sebagai bentuk kontribusi pada literasi dan dakwah berbasis pengetahuan. Dalam setiap peran yang ia emban—sebagai guru, penulis, maupun penggerak kajian keislaman—Hanan berkomitmen untuk terus belajar, berbagi, dan menghidupkan nilai-nilai kemanusiaan dalam bingkai keimanan.






