Tulungagung, Urupedia – Banyak cerita heroik Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Gerakan Pemuda (GP) Ansor yang menyita perhatian cukup militan. Muhlisin (50), Banser asal Kabupaten Tulungagung tutup usia pada hari Selasa (27/12/2022) karena sakit yang di derita.
Cerita heroik beliau, didapatkan langsung dari Wakil Ketua PCNU Tulungagung, Yoyok Mubarok. Dirinya kenal dekat dengan almarhum, dan masih mengingat peristiwa heroik saat Kongres GP Ansor XII di Asrama Haji Donohudan Solo Jawa Tengah pada 28 Juni-2 Juli 2000 silam.
“Dia (Muhlasin) nge-PAM pada hari itu juga harus pulang meninggalkan Solo, selesai urusan di rumah balik lagi ke Solo. Hebatnya lagi direwangi (dibela-belain) naik taksi, padahal saat itu belum ada grab atau travel,” ungkap Yoyok Mubarok saat dikonfirmasi, Selasa (27/12/2022).
Demisioner Satkorcab Banser Tulungagung ini mengungkapkan, acara Kongres Gerakan Pemuda Ansor waktu itu ada permintaan pengamanan dari setiap wilayah untuk mengirimkan perwakilan Banser. Kabupaten Tulungagung mengirimkan satu pleton Banser, termasuk salah satunya Muhlisin.
Pada saat beberapa hari sampai di Solo, almarhum menghadap untuk meminta izin dikarenakan harus pulang. Sebelum Yoyok menimpali, Muhlasin menyampaikan semua komitmen untuk kembali lagi ke Solo.
“Pokoknya aku teko omah tok selesai urusan balik rene eneh (saya sampai rumah urusan selesai kembali kesini lagi) ini tanggung jawabku. Jadi aku tidak memberi arahan apa-apa, ya tidak melarang tidak meng-iyakan,” terangnya.
Pria yang hobi Jeep ini mencoba bertanya kepada beliau, perjalanan dari Solo ke Tulungagung naik apa hingga berapa biaya yang harus dikeluarkan. Jawaban setelahnya, membuat Yoyok takjub akan militansi dalam diri Muhlasin.
“Larang ritek bene, iki sak umur gak enek kejadian ini (Mahal sekalipun tidak masalah, ini seumur-umur belum pernah). Apalagi besok penutupan ada Rhoma Irama zaman saat itu. Aku kudu rene maneh (saya harus datang lagi),” ujar Yoyok sambil menirukan almarhum.
Belum acara selesai tak disangka, Muhlisin amanah dengan perkataan dan tanggungjawab yang diemban. Almarhum datang ke solo lagi dengan mengendarai taxi yang sama.
“Dan dia terbukti. Urusan rumah selesai, hanya beberapa jam kembali lagi ke Solo di Asrama Haji Donohudan,” tambahnya.
Yoyok menyebutkan, almarhum adalah sosok Banser kawakan yang ikut pengkaderan Banser di era 1900-an. Saat pengamanan acara Kongres GP Ansor di Solo Yoyok tahu persis, karena izin meninggalkan lokasi lewat dirinya. Karena ada kepentingan di rumah yang tidak bisa ditinggalkan, maka dari Solo menyewa Taksi Pulang Pergi (PP).
“Bayangkan kamu sekarang sampai atau tidak. hehehe. Dulu tidak ada grab lho, adanya taksi masihan. Jadi menyewa taksi ke solo pulang di rumah selesai urusan kembali ke Solo naik taksi itu lagi di carter,” bebernya.
Yoyok menambahkan, semangat dan militansi almarhum luar biasa. Ketika ada panggilan tugas, tidak melihat siapa yang memanggil pasti berangkat. Meski dari uang saku belum ada, rela menjual apakah itu ayam dan sebagainya untuk biaya transport.
Selain itu, imbalan yang diinginkan almarhum cukup murah meriah. Menurut Yoyok hanya cukup dengan berfoto dengan tokoh nasional dalam kegiatan yang dirinya amankan.
“Yang bisa dicontoh, walaupun beliau sudah menjadi Kepala Desa semangatnya tetap luar biasa,” tandasnya.
Terpisah, Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Kabupaten Tulungagung, Sahrul Munir saat dulu menjadi Ketua GP Ansor Tulungagung menceritakan almarhum Muhlisin adalah penggerak Banser di wilayah selatan. Dua kali menjadi ketua PAC GP Ansor Pakel Tulungagung.
“Beliau sangat disiplin, kalau ada acara selalu ontime (tepat waktu). Tidak banyak bicara, tapi banyak kerja. Itulah tipikal almarhum, semoga husnul khotimah,” ungkap Munir.
Terakhir berhubungan lewat telekomunikasi tepatnya satu bulan yang lalu. Tidak ada apa-apa saat almarhum menjawab sebagai tanggapan supaya kolega tidak terlalu mengkhawatirkan.
Penulis: Madchan Jazuli