Urupedia – Desa Tirom merupakan desa terpencil yang berada di Kecamatan Pematang Sawah, Kabupaten Tanggamus. Akses jalur untuk menuju desa ini bisa ditempuh melalui daratan maupun perairan. Namun, kebanyakan masyarakat lebih memilih menggunakan perahu untuk menuju ke desa ini.
Kecamatan Pematang Sawah masuk satu daratan dengan Kota Agung. Namun, dikarenakan akses darat yang ditempuh harus mengitari pulau, serta dengan kontur jalan yang rusak parah membuat warga lebih memilih menggunakan transportasi laut.
Jarak tempuh yang harus dilalui sejauh 32 Km atau sekitar 3 jam perjalanan dengan membayar ongkos Rp.40.000-Rp.60.000. Adapun jika penumpang membawa barang bawaan maka akan dikenakaan ongkos tambahan Rp.5.000-Rp.10.000 per kilogram. Hal tersebut masih tergolong murah dibandingkan harus melewati jalan daratan yang jauhnya 2 kali lipat hingga memakan waktu 9 jam perjalanan.
Kecamatan Pematang Sawa sendiri terdiri dari 14 desa, salah satunya adalah Desa Tirom, desa yang berada di tengah area hutan sehingga sulit dijangkau. Desa Tirom memiliki potensi alam yang cukup melimpah, salah satunya adalah tanaman Nilam. Tanaman ini termasuk tanaman langka, karena tidak tumbuh di kebanyakan daerah di Indonesia.
Data Kementrian Pertanian tahun 2002 menyebutkan bahwa harga minyak Nilam di pasar internasional mencapai 700 ribu rupiah per liter. Namun para petani tidak mendapatkan hasil yang sepadan dengan nominal penjualan tersebut.
Sejak harga minyak Nilam anjlok 3 tahun lalu, petani hanya menerima 200 ribu rupiah per liter. Itu pun tidak semua pengepul berani datang ke Desa Tirom, lantaran sulitnya akses transportasi. Nilam merupakan salah satu minyak paling mahal di dunia karena merupakan bahan parfum yang diolah di berbagai negara maju seperti Prancis, Singapura, dan negra lainnya.
Selain Nilam, salah satu kekayaan alam di Desa Tirom adalah tanaman Jengkol. Pasalnya, setiap warga memiliki sekurangnya 10 pohon jengkol di pekarangan rumah. Tanaman kopi juga menjadi salah satu pundi-pundi penghasilan masyarakat desa di Wilayah Pematang Sawah.
Sejak Indonesia merdeka, warga sekitar menanam kopi di kebun miliknya. Biasanya setiap panen, satu keluarga memperoleh 10 karung biji kopi. Harga kopi yang sudah digiling dari desa Tirom berkisar Rp.18.000-Rp.21.000 per kilo.
Sayangnya harga ini tidak meningkat, masalah utamanya adalah ongkos pengepul yang sulit untuk mencapai Desa Tirom. Hampir setiap keluarga di Desa Tirom memiliki kebun kopi, setiap kali panen dapat dilihat pemandangan orang menjemur kopi di depan rumahnya.
Akan tetapi hal seperti ini tidak bisa kita kaitkan dengan pendapatan yang besar, karena potongan harga jual mereka juga tinggi akibat kondisi perjalanan dengan ongkos yang lumayan mahal.
Selain bidang ekonomi, bidang pendidikan di Desa Tirom pun memgalami banyak kendala. Anak-anak harus menempuh perjalanan sejauh 1-5 Km dengan jalan yang cukup berbahaya untuk menuju sekolah. Mereka harus melintasi area perkebunan dan hutan dengan kontur jalan bebatuan, jalan rabat, lumpur, jembatan yang rusak.
Tentunya dengan keadaan seperti ini jika tidak ada semangat untuk memperoleh pelajaran yang kuat oleh anak-anak, mereka enggan berangkat ke sekolah. Di SD Negeri 2 Tirom misal, ada 3 ruang kelas yang belum memenuhi standar bangunan kelayakan sekolah. Selain membutuhkan anggaran untuk membangun fasilitas sekolahan, SD 2 Tirom juga masih membutuhkan tenaga pengajar.
Sebagian besar Guru di SD 2 Tirom masih berstatus honorer. Para tenaga pendidik menyadari kurangnya tenaga pendidik yang ahli di bidang mata pelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi kurang maksimal. Mengingat kurangnya SDM masyarakat Desa Tirom.
Masyarakat Desa Tirom tentunya sangat terbatas dengan segala akses sehingga menyulitkan warganya. Entah sampai kapan mereka akan hidup terkurung di Desa sendiri. Infrastruktur yang lebih baik tentunya menjadi harapan besar Warga Desa Tirom.
Kadang kita yang hidup di daerah yang tergolong mudah aksesnya tidak pernah bersyukur atas segalanya yang tersedia. Dengan menilik desa-desa terpencil desa Tirom ini semoga kita menjadi sadar akan pentingnya bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kenikmatan hidup yang telah diberikan.
Penulis: Muhammad Faza
Editor: Ummi Ulfa
Dikumpulkan dari berbagai sumber.