Dengan hati berdarah-darah aku memutus untuk pulang ke rumah.
Mencoba menghilangkan kenang di tengah jalan.
Dan menatap arus dunia dalam diam.
Lewat cendela bus, kutembuskan pandang.
Nampak olehku ibu dua anak.
Naik motor keluaran terbaru, pabrikan jepang.
Tanpa laki-lakinya tentu.
Ditengah padat lalu lintas bundaran, bergerak cepat.
Kupikir dalam otaku.
Betapa beratnya jadi ibu.
Dua anak naik dibagian depan montor.
Satu perempuan kecil berdiri menghalang pandang.
Sedangkan anak lelaki kecilnya sibuk menyusu.
Ditengah padatnya lalu lintas sore Bundaran Waru.
Pandangan haru itu, membuka mataku.
Sungguh perempuan harus menjadi kuat.
Bahkan ditengah hiruk pikuk dunia seorang perempuan masih harus menyetir motornya, sendiri, dengan dua anak di depan. Menyusui dengan payudara. Mencoba menyelamatkan dunia.
Masih tegakah pandangan nakal dan stigma membunuhnya?
Editor: Munawir