angin merangkak dari tubir bulan kesumba
pertemuan api dan kayu jadikan abu
kesangsian merambat dalam tubuhku
malam sebatas leher lilin
sepi membisikkan mimpi dalam diamku
sudah kubatasi laut-laut kerinduan itu
sebelum engkau beranjak pergi
kau tahu kekasihku
sudah kesembilan ranum anggur aku masih di sini
di tempat kita pernah berdiri melihat bintang yang sama
kubait malam pada waktu itu
untuk kujadikan sepucuk puisi
setelah kepergianmu ini
pohon-pohon cintaku layu
terhisap kemarau yang melanda hatiku
aku seperti perdu menjalar di pori-pori tanah
tak mampu berdiri seperti waktu kau masih bersamaku
Padang, 15 Maret 2022
Penulis : Iwan Setiawan, kelahiran Madukoro Baru Kotabumi, Lampung Utara 23 Agustus1980. Kini berdomisili di kota Lubuk Begalung, Padang Sumatra Barat. Pernah tergabung dalam antologi 55 penyair coretan dinding kita, 30 penyair sastra roemah bamboe, 3 penyair ilalang muda, Seutas Tali & Segelas Anggur (2017), tersiar di koran media indonesia, majalah littera, dan masuk sebagai kategori Puisi Terpuji Anugrah Sastra Litera(2017).
Editor : Ummi Ulfatus Sy