
Identitas Film
- Judul Film: Gie
- Sutradara: Riri Riza
- Produser: Mira Lesmana
- Tahun Rilis: 2005
- Durasi: 2 jam 20 menit
- Pemeran: Nicholas Saputra, Sita Nursanti, Wulan Guritno
Isi Film
Gie merupakan film biografi yang disutradarai oleh Riri Riza dan diproduksi oleh Miles Films pada tahun 2005.
Film ini dibintangi oleh Nicholas Saputra sebagai Soe Hok Gie, seorang aktivis muda yang terkenal cerdas dan kritis pada masa pergolakan politik Indonesia era 1960-an.
Film ini diadaptasi dari buku Catatan Seorang Demonstran, yang berisi refleksi dan pemikiran pribadi Gie selama hidupnya.
Kisah Gie berfokus pada perjalanan hidup Soe Hok Gie sejak masa sekolah hingga akhir hayatnya di Gunung Semeru.
Ia adalah pemuda keturunan Tionghoa yang lahir di Jakarta pada 17 Desember 1942. Gie tumbuh di lingkungan keluarga sederhana yang sangat mengutamakan literasi dan pendidikan.
Dalam film ini, Gie digambarkan sebagai sosok pemuda jujur, kritis, dan berani menentang ketidakadilan, baik di lingkungan sosialnya maupun terhadap pemerintahan pada masa itu.
Ia aktif menulis dan berbicara tentang kebenaran serta kebebasan, menolak kemunafikan, korupsi, dan politik yang berpihak pada golongan tertentu.
Namun, perjuangan yang dilakukan Gie tidaklah mudah. Ia kerap disalahpahami dan dijauhi oleh teman-temannya. Meskipun sering merasa kesepian dan terasing, Gie tetap berani menulis kritik yang tajam, bahkan menyebut nama tokoh-tokoh penting pada masa itu, termasuk teman-temannya yang kemudian menjadi bagian dari pemerintahan.
Karena keberaniannya, Gie sering menerima surat ancaman dan semakin dijauhi oleh rekan seperjuangan. Kendati demikian, di tengah kekacauan politik dan pergulatan batin, Gie tetap berpegang teguh pada idealismenya hingga akhir hayat.
Ia meninggal di usia muda, tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27, pada 16 Desember 1969.
Melalui film ini, penonton diajak menelusuri kembali masa transisi antara Orde Lama dan Orde Baru. Kisah yang disajikan mampu menyalakan kembali semangat nasionalisme dan idealisme dalam diri penontonnya.
Bagi kalangan mahasiswa, film ini menjadi refleksi bahwa mahasiswa bukan hanya individu yang belajar di ruang kelas, tetapi juga insan yang berani bersuara ketika melihat ketidakadilan.
Film ini juga diperkuat dengan kutipan-kutipan reflektif dari tulisan Soe Hok Gie yang menggugah kesadaran intelektual dan moral.
Meski memiliki banyak keunggulan, film ini juga menyisakan beberapa kekurangan. Misalnya, penyebab kematian Gie tidak dijelaskan secara rinci, sehingga menimbulkan kebingungan bagi sebagian penonton.
Selain itu, terdapat beberapa adegan yang dinilai kurang relevan dan tidak terlalu penting, seperti adegan ciuman antara Gie dan Sinta.
Secara keseluruhan, Gie merupakan film yang kuat dan berkesan. Film ini relevan bagi siapa pun yang ingin memahami dan meneladani semangat seorang pemuda idealis yang berani berpikir kritis serta menegakkan kebenaran, meskipun harus menghadapi berbagai tantangan di sepanjang perjuangannya.
*) Sasmita Devani, Mahasiswa UIN SATU Tulungagung









