Opini

Kimi wa Houkago Insomnia: Romantisme Eksistensial dan Filsafat Malam dalam Pelukan Sunyi

×

Kimi wa Houkago Insomnia: Romantisme Eksistensial dan Filsafat Malam dalam Pelukan Sunyi

Sebarkan artikel ini

Urupedia.id-Kimi wa Houkago Insomnia” atau “Insomniacs After School” adalah judul dari Manga buatan Makoto Ojiro yang diterbitkan di majalah Weekly Big Comic Spirits dari tahun 2019 hingga 2023.  Munculnya anime ini. Merupakan Serial televisi yang diproduksi oleh LIDENFILMS, ditayangkan pada tahun 2023. Anime ini tergolong film Live-Action yang dirilis pada tahun 2023. 

Anime Kimi wa Houkago Insomnia karya Makoto Ojiro bukan hanya kisah remaja SMA yang terjebak dalam problematika tidur, melainkan sebuah narasi puitis tentang bagaimana malam menjadi ruang eksistensial dan romantis bagi dua jiwa muda: Ganta Nakami dan Isaki Magari.

Dalam keseharian yang membosankan dan penuh tekanan, keduanya menemukan ruang pelarian atas kebisingan di siang hari di tempat yang tak lazim yakni sebuah observatorium tua sekolah yang telah lama ditinggalkan.

Di situlah dimulai kisah yang intim, menyentuh, dan kontemplatif—tentang insomnia, pencarian jati diri, dan makna kehadiran satu sama lain.

Alur Cerita: Gudang Rahasia, Dua Insomnia, dan Cinta yang Diam-diam Bersemi

Ganta Nakami adalah siswa SMA yang tampak suram dan tertutup. Ia menderita insomnia kronis yang membuatnya lelah secara fisik dan sosial.

Sebaliknya, Isaki Magari terlihat lebih ceria namun menyembunyikan masalah serupa. Mereka bertemu secara tidak sengaja di observatorium sekolah—ruang yang sepi dan gelap, cocok untuk beristirahat dari dunia.

Gudang itu menjadi titik balik. Tempat rahasia ini bukan hanya menyembunyikan tubuh mereka dari bisingnya dunia luar, tetapi juga membuka ruang komunikasi yang tulus.

Ganta dan Isaki mulai berbagi malam, berbicara tanpa topeng, dan menciptakan ikatan batin yang tumbuh perlahan menjadi cinta.

Bukan cinta dalam gegap gempita, tapi romansa yang lahir dari pengakuan keberadaan masing-masing dalam kesepian malam.

Anime ini menghadirkan genre slice of life yang kuat: penekanan pada detail keseharian, percakapan sederhana namun bermakna, dan penggambaran suasana malam yang hangat, tenang, dan meditatif.

Malam Sebagai Keceriaan: Menggugat Stereotip Sunyi

Biasanya malam dikaitkan dengan sepi, ketakutan, atau kesedihan. Namun, Kimi wa Houkago Insomnia justru membalik narasi ini: malam adalah ruang kesenangan, tempat bersantai, dan menjadi diri sendiri.

Malam bagi Ganta dan Isaki adalah waktu paling jujur. Mereka bisa tertawa tanpa tuntutan sosial, bisa merenung tanpa interupsi, dan bisa saling memahami tanpa pretensi.

Di malam hari, ketika waktu melambat. Langit yang gelap, tetapi tidak menakutkan, yang ada hanya ketenangan.

Petualangan keduanya berawal dari tempat yang sama yakni ruang Observatorium. Yang mana juga menjadi tempat belajar Astrophotograpyh. Hal ini selaras dengan pandangan filsuf Gaston Bachelard dalam The Poetics of Space (Bachelard, 1994) bahwa ruang-ruang kecil dan tersembunyi seperti kamar atau loteng adalah tempat ideal untuk membangun imajinasi dan keintiman.

Observatorium menjadi metafora malam itu sendiri—tempat melihat langit dalam kesendirian, namun dalam kesendirian itu justru ditemukan kebersamaan.

Eksistensialisme Romantis: Aku Ada Karena Kamu Ada

Dalam film ini, insomnia bukan hanya gangguan tidur, melainkan representasi alienasi. Ganta dan Isaki merasa “asing” di dunia siang.

Mereka terpinggirkan oleh sistem sekolah yang tidak memahami penderitaan mereka. Namun dalam sunyi malam, mereka menemukan kebermaknaan hidup.

Eksistensialisme dalam anime ini terlihat ketika Ganta, dalam banyak adegan, mempertanyakan dirinya sendiri: “Apa yang salah denganku? Mengapa aku tidak bisa tidur seperti orang lain?” Namun ketika bersama Isaki, ia tidak perlu menjawab pertanyaan itu. Keberadaan Isaki mengisi kekosongan eksistensialnya.

Filsuf Jean-Paul Sartre menyebut bahwa eksistensi mendahului esensi. Manusia membentuk jati dirinya dari pengalaman dan pilihan.

Maka ketika Ganta dan Isaki memilih untuk melawan insomnia mereka dengan menjadikan malam sebagai momen hidup, mereka sedang menciptakan makna mereka sendiri.

Dalam bahasa Martin Buber, hubungan “Aku-Kamu” antara keduanya adalah pertemuan dua eksistensi sejati yang tidak mengobjektifikasi satu sama lain, tapi saling mengafirmasi (Buber, 1970).

Filsafat Tidur dan Malam: Menolak Dunia yang Terjaga Terus-Menerus

Dalam masyarakat modern, tidur dianggap sebagai hambatan produktivitas. Jonathan Crary dalam “Late Capitalism and the Ends of Sleep” (2013) mengkritik bagaimana kapitalisme akhir mendorong manusia untuk selalu “terjaga”—tidak hanya dalam arti fisik, tetapi juga dalam tekanan sosial untuk terus aktif, merespons, dan berproduksi.

Insomnia, dalam kerangka ini, adalah gejala masyarakat yang tidak memberi ruang untuk diam dan jeda.

Ganta dan Isaki menjadi simbol perlawanan atas dunia seperti itu. Mereka tidak tidur bukan karena ingin terus bekerja, melainkan karena dunia tidak memberi mereka ruang aman untuk tidur.

Maka observatorium menjadi zona “liberasi”—ruang yang melawan dunia dengan menciptakan kenyamanan personal, bahkan jika itu hanya pelarian.

Secara fenomenologis, malam memungkinkan pengalaman hidup yang lebih dalam. Emmanuel Levinas melihat malam bukan sebagai waktu yang negatif, melainkan peluang untuk kontemplasi dan pengalaman yang tak terlukiskan (Levinas, 1978).

Dalam anime ini, banyak adegan yang penuh dengan keheningan dan visual malam yang indah, gelap tetapi menyimpan—langit berbintang, bunyi jangkrik, dan lampu kota dari kejauhan. Semua itu adalah ekspresi dari kedalaman eksistensial yang tidak bisa ditemukan di siang hari yang bising.

Kesimpulan: Mencintai Malam, Mencintai Diri Sendiri

Kimi wa Houkago Insomnia bukan hanya kisah cinta dua remaja insomnia. Ini adalah kisah tentang bagaimana malam bisa menjadi ruang penyembuhan.

Ini adalah kritik terhadap sistem yang menormalisasi siang dan meminggirkan malam. Ini adalah afirmasi bahwa cinta bisa tumbuh dari luka, dan bahwa keheningan tidak selalu berarti kehampaan.

Anime ini mengajarkan kita bahwa tidur dan malam bukan hanya aktivitas biologis, tapi juga pengalaman filosofis.

Dalam malam, manusia bisa jujur, bisa merasa, dan bisa menjadi dirinya sendiri. Dan dalam tidur, manusia bisa merelakan, memulihkan, dan melepaskan atas segala hal yang terjadi dalam hidupnya.

Maka, seperti Ganta dan Isaki, mungkin kita semua butuh sebuah observatorium—ruang rahasia di mana kita bisa memeluk malam dan akhirnya memeluk diri sendiri.

Daftar Pustaka

  • Bachelard, G. (1994). The Poetics of Space. Boston: Beacon Press.
  • Buber, M. (1970). I and Thou. Translated by Walter Kaufmann. New York: Charles Scribner’s Sons.
  • Crary, J. (2013). 24/7: Late Capitalism and the Ends of Sleep. London: Verso Books.
  • Levinas, E. (1978). Existence and Existents. The Hague: Martinus Nijhoff Publishers.
  • Ojiro, M. (2023). Kimi wa Houkago Insomnia (Anime Series). Directed by Yūki Ikeda. LIDENFILMS.
Advertisements

Respon (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Index