Pemuda merupakan aset berharga bagi sebuah bangsa dan negara, merupakan tabungan masa depan yang harus di olah dan dipelihara dengan sebaik mungkin. Sudah terbukti bahwa maju mundurnya sebuah bangsa tidak luput dari peran seorang pemuda, dan tidak salah jika di katakan jika berbicara mengenai pemuda maka kita berbicara mengenai masa depan. “Syubbanul yaum rijalul ghad. Rijalul yaum imanul ghad“. Ini diadaptasi oleh para filosof yaitu students to day, leaders tomorrow.
Tidak salah bahwa Ir. Soekarno atau Founding Father kita mengatakan “Berikan aku 1000 orang tua niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Berikan aku 1 pemuda niscaya akan ku guncangkan dunia”. Franklin D. Roosevelt juga mengatakan “We cannot always build a future for the young generation, but we can build a young generation for the future.” Kita tidak selalu bisa membangun masa depan untuk generasi muda, tapi kita dapat membangun generasi muda untuk masa depan.
Ulul Albab
Ulul albab secara bahasa berasal dari dua kata: ulu dan al-albab. Ulu berarti ‘‘yang mempunyai’’, sedang al albab mempunyai beragam arti. Kata ulul albab muncul sebanyak 16 kali dalam Al quran. Dalam terjemahan Indonesia, arti yang paling sering digunakan adalah ‘‘akal’’. Karenanya, ulul albab sering diartikan dengan ‘’yang mempunyai akal’’ atau ‘’orang yang berakal’’.
Dalam QS. ali Imran/3: 190-191 menyebutkan makna ulul albab sebagai … orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Dalam ayat di atas sudah jelas bahwasanya orang ulul albab orang yang senatiasa berdzikir (mengingat Allah) dalam berbagai keadaan, dan mereka yag bertafakkur (berfikir) dengan semua ciptaan Allah SWT. Ini juga selaras yang disampaikan oleh KH. Hasyim Muzadi “Jika yang kosong adalah akalnya, isilah ia dengan ilmu. Jika yang kosong adalah hatinya, isilah ia dengan zikir. Kesatuan pikir dan zikir akan membentuk ulul albab“.
Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara menuju atau menjadi generasi ulul albab? Yang pertama tentulah yang senantiasa berdzikir dalam berbagai keadaan, entah itu ketika duduk, berdiri dan berbaring. Mungkin ini hal sepele jika hanya di ucapkan dalam lisan saja, tapi sangat sulit untuk di implementasikan dan di istiqomahkan jika tidak di dasari dengan niat yang benar-benar sungguh-sungguh.
Yang kedua, tentulah dengan berfikir dengan semua ciptaan Allah. Berfikir ini bisa di katakan hal yang sulit juga, karena banyak orang malas untuk berfikir dan lebih mengedepankan okol, dari pada akal. Dalam berfikir pun tidak sembarang berfikir, yang pasti kita juga harus mempertimbangan segala aspek, baik diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Jika kita berfikir terlalu ke kanan maka kita akan terjebak dalam radikalisme, dan jika berfikir terlalu kiri maka kita akan liberalisme, apalagi jika berfikir mengenai hal agama, pastinya itu membutuhkan yang namanya ke hati-hatian. Yang paling bagus adalah berfikir secara moderat (tawasuth) dalam segala hal.
Yang terakhir yaitu kita impelmentasikan dengan aksi, karena hal ini adalah hal yaang terberat, banyak orang yang mampu berfikir dengan baik tapi dalam hal aksi atau implementasi mereka itu nol. Karena melakukan hal kecil itu lebih baik dari pada kita hanya memikirkan hal besar tapi tidak ada pergerakan apapun dari diri kita.
Menjadi pemuda ulul albab tidaklah mudah, karena harus bisa menyatukan ketiga hal itu dalam kehidupan. Pikiran yang murni dan jernih dan dengan mata hati yang tajam dalam menagkap dinamika yang dihadapi, menggunakan kalbu untuk berdzikir kepada Allah dan memamfaatkan akal (pikiran) untuk mengungkap semua rahasia. Sehingga kita bisa berfikir mengenai keadaan negara sehingga kita bisa memberika angin segar terhadap bangsa dan negara kita.
Margaret Thatcher mengatakan, perhatikan pikiran kita karena dia akan menjadi perkataan. Perhatikan perkataan kita karena itu akan jadi tindakan. Perhatikan tindakan kita karena itu akan jadi kebiasaan kita. Perhatikan kebiasaan kita karena akan jadi karakter. Perhatikan karakter kita karena itu akan jadi takdir. Jadi di mana letak takdir kita? Takdir itu terletak di ujung maksimalnya doa dan usaha.
Oleh karena itu mari kita berbenah diri agar bisa menjadi tonggak perubahan bangsa di masa yang akan mendatang, dan bukan malah menjaga generasi perusak bangsa. Kita tunjukkan kepada dunia atau mungkin kita tunjukkan kepada masyrakat sekitar kita bahwa pemuda itu bisa dalam berbagai hal, apalagi jika mencangkup tentang agama dan negara.
Penulis : Munawir Muslih. M







