Esai

Kopi Mahkota Raja; Perpaduan Kopi dan Doa

×

Kopi Mahkota Raja; Perpaduan Kopi dan Doa

Sebarkan artikel ini

Urupedia-Produksi kopi dengan berbagai varian semakin berkembang di kalangan masyarakat. Semua orang dapat mencecap rasa kopi dengan cara khas masing-masing. Salah satu tempat yang memiliki keterikatan kuat dengan kopi adalah pesantren. Sewaktu kongkow dengan teman atau berdiskusi maka kopi menjadi suguhan utama.

Budaya ngopi di pesantren sangat lekat bagi kaum santri. Kopi, santri dan ngaji memiliki ketersambungan yang erat. Salah satu Ulama Kediri, Syeikh Ihsan Jampes mengangkat pembahasan tema kopi tersebut dalam kitabnya yang berjudul Irsyadu al-Ikhwan fil Bayani al-Hukm al-Qahwah wa al-Dukhan.

Tidak ingin ketinggalan perkembangan zaman, santri dari Pondok Pesantren Mukmin Mandiri, Sidoarjo melahirkan produk kopi dengan merk Mahkota Raja. Berbeda dengan kopi lainnya, produksi kopi ini memiliki nilai tambah yang wajib dicoba. Kopi ini memperpadukan antara kopi dan doa.

Sejarah awal kopi Mahkota Raja lahir berawal dari kebiasaan para santri menyeduh kopi sebelum berdoa di malam hari. Kopi yang didoakan akan memantapkan hati pelantunnya bahwa kemantapan tersebut menjadi kunci terkabulnya doa-doa.  Percaya bahwa kopi adalah awal dari doa yang istiqomah mendasari santri asuhan dari KH. Zakki Mukmin ini untuk memproduksi kopi sendiri.

Kopi diracik dan diproduksi oleh santri pondok sendiri. Sebelum kopi diproduksi, lantunan bacaan manaqib dan khatmil Quran menjadi kegiatan wajib yang dilakukan oleh para kyai dan santri. Tak heran jika jika perkembangan produksi kopi Mahkota Raja semakin cepat dan meningkat.

Adanya pembacaan doa tersebut diyakini ada campur tangan malaikat yang melancarkan proses distribusi kopi Mahkota Raja ini. Selain itu, hampir seluruh santri yang memproduksi kopi ini telah hafal Al Quran. Sehingga berkah Al Quran turut serta dalam membangun usaha kopi Mahkota Raja ini.

Menilik keterangan dari buku Kopi, Santri dan Doa karya Rohmadie Soesanto, penjualan produk kopi Mahkota Raja ini mencapai 35-45 ton per bulannya. Sekitar 300-400 santri memproduksi kopi ini dan menjual di pasar lokal dengan harga Rp. 30.000 (biji sangrai dan bubuk).

Sejak tahun 2012, kopi Mahkota Raja diproduksi dan dipasarkan hingga manca negara, khususnya Malaysia dan Dubai. Jika dihitung total pendapatan mencapai 1 miliar tiap tahunnya. Tak hanya dua negara tersebut, kopi Mahkota Raja ini pun sedang menjajaki pasar Eropa.

Editor: Ummi Ulfatus S