Dalam sebuah simposium yang diadakan oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia di Pondok Pesantren Darul Huda Bitar pada Ahad, (23/01/2022), Gus Ahmad bin Kafa Bihi menjelaskan bahwa kita sebagai warga Nahdlatul Ulama (NU) hendaklah mencintai NU dengan hati, bukan dengan pikiran.
“Jika kita ditanya alasan mengapa harus ikut Nahdlatul Ulama? NU itu tidak ada manfaatnya! Maka Jawab dengan tegas, aku NU, hidupku NU, darahku NU. Karena aku ikut mbahku, ikut bapakku, harga mati,” tutur Gus Ahmad.
Bahwa cinta tak dapat diukur dengan alasan apa pun. Jika kecintaan itu diatur dengan pikiran, tidak dengan hati. Maka ia akan dengan mudah diubah oleh pola pikir.
“Ketika standarisasi kecintaan hanya dengan pola pikir, maka akan gampang dipengaruhi dan diprovokasi oleh haluan yang ada. Berbeda halnya, jika kecintaan itu distandarisasi dengan hati. Maka takkan mudah mendapat pengaruh,” imbuhnya.
Beliau mengajak kita, selaku warga NU untuk senantiasa menumbuhkan cinta sejati yang dalam pada NU, baik dengan cara mengikuti acara pengkaderan, maupun menghadiri acara pengajian, istighosah, tahlilan, dll.
Dengan demikian, kecintaan kita kepada NU akan semakin tumbuh. Selain menanamkan rasa cinta, beliau juga menekankan kepada kita semua untuk senantiasa memberikan kontribusi berupa khidmah kepada NU, entah melalui kepengurusan struktural maupun tidak.
“Barang siapa yang khidmah kepada NU, insyaallah dirinya, keluarganya diberi keberkahan, akan di doakan masyayikh NU, wabil khusus muassis (terkhusus pendiri, red) NU,” tegasnya.
Beliau menjelaskan bahwa suatu hal yang spesial menjadi orang NU adalah ketika dia mau khidmah. Khidmah itu tidak hanya melalui kepengurusan yang bersifat struktural, melainkan siapa saja yang menunaikan dan menjalankan amaliyah-amaliyah NU seperti, barzanji, yasinan atau sebagainya. Kalaupun berkhidmah melalui kepengurusan secara struktural, maka berkhidmah menjadi pengurus PMII, ANSOR, IPNU, IPPNU, Dll.
“Jangan pernah terbesit dalam pikiran kita, untuk berkhidmah itu harus mendapatkan posisi struktural dalam lembaga NU, menjalankan amaliyah yang sesuai dengan ajaran ulama ulama NU terdahulu pun termasuk khidmah kepada NU itu sendiri,” jelasnya.
Ketika seseorang mau khidmah kepada NU insyaallah kiai-kiai NU akan mendoakan. Inilah salah satu keistimewaan NU. Meskipun para ulama terdahulu telah wafat mendahului kita, namun hal itu sebatas jasad fisik saja. Hakikatnya, ruh beliau masih hidup. Berada di sisi Allah Swt. Sebagaimana firman Nya dalam Al Quran Surat Ali ‘Imran ayat 169
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًا ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ
Artinya : “Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapat rezeki.”
Penulis: Munawir Muslih
Editor: Ummi Ulfa. S
Untuk mendapatkan berita dan tulisan ter-update dari kami bisa bergabung ke grup Telegram melalui link berikut (KLIK DISINI)