Feature

Karomah KH Muhammad Romli Tamim ketika Perang 10 November di Surabaya

×

Karomah KH Muhammad Romli Tamim ketika Perang 10 November di Surabaya

Sebarkan artikel ini
urupedia media urup trenggalek Karomah KH. Muhammad Romli Tamim Saat Perang 10 November 1945 di Surabaya
KH. Muhammad Romli Tamim-sumber foto (NU Online)

Urupedia – KH. Muhammad Romli Tamim merupakan putra ketiga dari empat saudara, ke empat saudara beliau adalah Muhammad Fadlil, Siti Fatimah, Muhammad Romli Tamim, dan Umar Tamim. Ayah beliau bernama KH. Tamim Irsyad (seorang kiai asal Bangkalan Madura) dan KH. Muhammad Romli Tamim sendiri lahir pada tahun 1888 di Bangkalan Madura.

Salah satu karomah KH. Muhammad Romli Tamim yang banyak diriwayatkan oleh para kiai diantaranya adalah saat berkecamuknya perang melawan sekutu yang diboncengi NICA pada bulan November 1945.

Alkisah di zaman pertempuran melawan sekutu berkecamuk kembali di Tanah Air, tepatnya pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Beliau menggerakkan santri-santri untuk maju perang di barisan komando Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari yang merupapakan guru sekaligus mertua beliau.

Beliau sendiri turut terjun ke medan tempur saat itu. Sebelumnya para santri diberi minuman dan dibekali kepalan-kepalan tanah liat yang telah di asma’i (diberi doa, red). Konon setiap kepalan tanah liat itu
dilemparkan, akan bereaksi seperti bom yang meluluh lantakkan musuh. Dan seperti kita ketahui bersama, kemenangan berhasil diraih para pejuang Hizbullah saat itu.

Dilain kesempatan, konon Mbah Yai Romli pernah di tahan oleh penjajah, namun anehnya setiap salat jamaah di Pondok Njoso akan dimulai, beliau selalu hadir dan mengimami salat, namun kemudian kembali lagi. Hal inilah yang pada akhirnya menggemparkan para penjajah saat itu.

Karena keanehan Mbah Yai Romli saat itu mengundang simpati besar masyarakat yang ingin setiap hari berdatangan mengunjungi beliau di penjara. Beliaupun dibebaskan oleh penjajah. Lain lagi tentang bioskop yang konon pernah ada di sekitar pasar Peterongan.

Karena keberadaan bioskop itu menjadi ajang maksiat dan sangat meresahkan masyarakat, hingga banyak yang mengadukan hal itu kepada beliau. Beliau hanya berpesan untuk melemparkan beberapa butir batu ke halaman bioskop tersebut. Konon beberapa waktu kemudian bioskop tersebut bangkrut dan tutup dengan sendirinya.

Mbah Yai Romli wafat sekitar tahun 1958 pada umur 70 tahun, dan dimakamkan di Makam Keluarga Besar Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan Jombang.

Diunggah ulang pada tanggal 09 November 2023