Urupedia – Bersin adalah respon alami tubuh kita terhadap partikel asing atau iritasi yang masuk ke saluran hidung. Selain itu, dalam berbagai budaya dan agama, bersin juga memiliki makna spiritual atau agama yang berbeda.
Sementara di dalam Islam, bersin dianggap sebagai tanda kesehatan yang baik dan dianggap sebagai momen khusus di mana berkah Allah disalurkan kepada kita.
Oleh karena itu, ada doa bersin yang dianjurkan untuk dibaca setelah bersin, sebagai tanda syukur kepada Allah dan pencarian ridho-Nya.
Ada beberapa doa yang bersin yang dapat diucapkan ketika seseorang mendengar seseorang bersin. Salah satu doa umum yang diucapkan saat bersin adalah ‘Alhamdulillah’ (Segala puji bagi Allah). Ini adalah ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas bersin, karena bersin adalah respon tubuh terhadap benda asing yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan.
Adapun lafal tahmid atau hamdalah yang dapat dibaca adalah sebagai berikut:
الْحَمْدُ للهِ
Alḥamdu lillāh.
Artinya: “Segala puji bagi Allah.”
Rasulullah saw mengajarkan umatnya untuk bertahmid, atau memuji Allah, ketika mereka bersin. Anjuran ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari sahabat Abu Hurairah ra.
Rasulullah saw bersabda, “Allah menyukai bersin dan tidak menyukai kuap. Bila kalian bersin, hendaklah memuji Allah. Adapun setiap muslim yang mendengarnya harus mendoakan, ‘yarḥamukallāh.’ Adapun kuap berasal dari setan. Bila kalian menguap, hendaklah kalian menahan semampunya karena jika kalian menguap maka setan tertawa,” (HR Bukhari).
Sementara itu, hadits semakna juga dapat ditemukan pada riwayat Imam Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Sunni, dan Abu Ya‘la. Sebagaimana berikut.
وروينا في صحيح مسلم عن أبي موسى الأشعري رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول إذا عطس أحدكم فحمد الله تعالى فشمتوه، فإن لم يحمد الله فلا تشمتوه
Artinya, “Diriwayatkan kepada kami di Sahih Muslim dari sahabat Abu Musa Al-Asya’ri ra, ia berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Bila salah seorang dari kalian bersin, lalu memuji Allah, maka jawablah. Tetapi jika ia tidak memuji-Nya, janganlah kalian jawab,’’ (Imam An-Nawawi, Al-Azkar,[ Damaskus, Darul Mallah: 1971 M/1391 H], halaman 231).